Kacang koro dinilai dapat lebih mudah tumbuh di tanah Indonesia yang beriklim tropis, dibanding dengan kacang kedelai yang untuk mendapatkannya harus bergantung kepada impor.
Pemerintah pun telah mendorong penanaman 100 hektare kacang koro dan akan dikembangkan menjadi 400 hektare di Sumedang sebagai proyek percontohan.
Teten Masduki menilai, perluasan kebun kacang koro akan strategis mengingat 95 persen impor kacang kedelai, 60 persen di antaranya digunakan untuk kebutuhan produksi olahan tempe.
Setiap tahun Indonesia mengimpor kacang kedelai sebanyak 2,5 juta sampai 3 juta ton per tahun.
Namun, meskipun permintaan tempe cukup banyak, produsen tahu dan tempe di Jabodetabek sempat mogok produksi menyusul tingginya harga kedelai impor yang mencapai Rp12.000 per kilogram (kg), lebih tinggi dari harga normal yakni Rp9.500-Rp10.000 per kg pada pertengahan Februari 2022.
Mereka merasa merugi karena saat itu, pedagang tempe mengeluhkan harga jual ke pembeli yang terlalu tinggi, sehingga tidak laku.
Kenaikan pun telah diperingatkan Kementerian Perdagangan sejak awal Februari 2022 oleh Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan karena melonjaknya harga kedelai internasional.
Dua bulan berlalu, harga kedelai masih cukup tinggi sehingga pedagang memilih mengecilkan ukuran tempe yang dijual agar tetap terjangkau pembeli.