Albanese secara khusus menyoroti perjanjian kemitraan persahabatan China-Rusia yang dideklarasikan Februari lalu. “Banyak alasan yang menimbulkan kekhawatiran tentang kemitraan tersebut, khusus dalam konteks naiknya ketegasan China di kawasan kita”.
“China di bawah Xi Jinping telah menunjukkan otoriter yang lebih keras dan nasionalisme yang lantang,” kata Albanese saat berbicara di Lowy Institute. “Itulah sebabnya kami memberi dukungan kuat kepada AUKUS (persekutuan Australia, Inggris dan Amerika Serikat), dan memastikan bahwa Quad memberikan hasil di kawasan ini."
Wong menyampaikan narasi yang sama. Beberapa kali dia membahas wilayah Pasifik tidak saja sebagai mitra pembangunan tapi juga sebagai wilayah pengaruh Australia dalam membendung China.
Sangat menarik bahwa dalam perdebatan kampanye antara Wong dan Menteri Luar Negeri petahana Marise Payne, isu Pasifik mendominasi dan sebaliknya Indonesia praktis tidak disinggung.
Baik Albanese maupun Wong juga menegaskan aliansi mereka dengan Amerika Serikat, persekutuan AUKUS, dan komitmen anggaran pertahanan minimum 2 persen dari PDB Australia sebagai bagian dari pilar kebijakan. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah sebelumnya dengan penambahan anggaran pertahanan Australia yang naik 7,4 persen untuk 2022-2023, atau sekitar 2,1 persen dari PDB.
Yang perlu dikhawatirkan bagi Indonesia adalah dampak terhadap lingkungan strategis kawasan Asia yang berpotensi terus memanas jika posisi Australia sebagai sekutu terbesar Amerika di kawasan Asia Pasifik terus melengking terhadap China.
Cita-cita Indonesia adalah membentuk sebuah kawasan yang bebas dari pertikaian negara adidaya. Indonesia tidak ingin terjepit lagi seperti era Perang Dingin ketika negara di Asia menjadi pion dalam perseteruan tersebut.