Melbourne (ANTARA) - Harga minyak berjangka naik di sesi Asia pada Selasa pagi, membalikkan penurunan tajam dari hari sebelumnya, karena pasar menimbang potensi sanksi lebih lanjut terhadap sektor energi Rusia dan OPEC memperingatkan tidak mungkin untuk meningkatkan produksi yang cukup guna mengimbangi hilangnya pasokan.
Minyak mentah berjangka Brent menguat 85 sen 0,9 persen menjadi diperdagangkan di 99,33 dolar AS per barel pada pukul 00.19 GMT, dan kontrak berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 1,04 dolar AS atau 1,1 persen menjadi diperdagangkan di 95,33 dolar AS per barel.
Baca juga: Harga minyak jatuh di bawah 100 dolar saat penguncian China, rilis cadangan
Kedua kontrak telah turun sekitar 4,0 persen pada Senin (11/4/2022) di tengah kekhawatiran bahwa penguncian virus corona di China akan mengurangi permintaan bahan bakar dan menjelang rilis cadangan minyak besar-besaran oleh anggota Badan Energi Internasional (IEA).
Uni Eropa sedang menyusun proposal untuk embargo minyak Rusia setelah invasi ke Ukraina, beberapa menteri luar negeri mengatakan pada Senin (11/4/2022). Namun, saat ini tidak ada kesepakatan di antara anggota tentang minyak mentah dari Rusia, yang menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus".
“Pasar minyak masih rentan terhadap guncangan besar jika energi Rusia dikenai sanksi, dan risiko itu tetap ada di meja,” tulis Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.