Singapura (ANTARA) - Harga minyak merosot sekitar dua persen di perdagangan Asia pada Senin pagi, karena melonjaknya kasus varian virus corona Omicron di Eropa dan Amerika Serikat memicu kekhawatiran investor bahwa pembatasan baru pada bisnis untuk memerangi penyebarannya dapat menekan permintaan bahan bakar.
Minyak mentah berjangka Brent jatuh 1,36 persen atau 1,9 persen, menjadi diperdagangkan di 72,16 dolar AS per barel pada pukul 00.36 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS tergelincir 1,51 dolar AS atau 2,1 persen, menjadi diperdagangkan di 69,35 dolar AS per barel.
Baca juga: Minyak jatuh tertekan melonjaknya kasus varian baru Omicron
"Asia hari ini ... sentimen lemah harga minyak tampaknya sejalan dengan pelemahan yang terlihat dalam indeks berjangka S&P 500 dan Nasdaq," kata Kelvin Wong, analis pasar di CMC Markets.
"(Ini) karena kekhawatiran pembatasan yang akan datang pada kegiatan ekonomi untuk menahan penyebaran varian virus corona Omicron yang meningkat saat ini di seluruh dunia, yang dapat meningkatkan risiko perlambatan permintaan."
Belanda melakukan penguncian pada Minggu (19/12/2021) dan kemungkinan lebih banyak pembatasan COVID-19 diberlakukan menjelang liburan Natal dan Tahun Baru membayangi beberapa negara Eropa.Di Amerika Serikat, penasihat medis Gedung Putih Dr. Anthony Fauci mendesak orang-orang yang bepergian untuk mengunjungi orang-orang terkasih untuk mendapatkan suntikan booster dan selalu memakai masker di ruang publik yang ramai.
Baca juga: Harga minyak naik didukung permintaan kuat AS dan prospek ekonomi optimis
Sementara itu, perusahaan energi AS minggu ini menambahkan rig minyak dan gas alam untuk minggu kedua berturut-turut.
Jumlah rig minyak dan gas, indikator awal produksi masa depan, naik tiga rig menjadi 579 dalam seminggu hingga 17 Desember, tertinggi sejak April 2020, perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mengatakan dalam laporannya yang dipantau dengan cermat pada Jumat (17/12/2021).
Namun, ekspor yang lebih rendah diperkirakan dari Rusia dengan ekspor dan transit minyak dari negara itu direncanakan sebesar 56,05 juta ton pada kuartal pertama 2022 dibandingkan 58,3 juta ton pada kuartal keempat 2021, jadwal ekspor kuartalan yang dilihat oleh Reuters menunjukkan pada Jumat (17/12/2021).
Baca juga: Harga minyak naik tipis karena permintaan konsumen dan persediaan menurun