New York (ANTARA) - Harga minyak naik sekitar dua persen pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena rekor permintaan tersirat AS, penurunan stok minyak mentah, dan prospek ekonomi yang optimis dari Federal Reserve mengalahkan kekhawatiran varian virus corona Omicron yang merugikan konsumsi global.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari terangkat 1,14 dolar AS atau 1,5 persen, menjadi menetap di 75,02 dolar AS per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Januari melonjak 1,51 dolar AS atau 2,1 persen, menjadi ditutup di 72,38 dolar AS per barel.
Baca juga: Harga minyak naik tipis karena permintaan konsumen dan persediaan menurun
Minyak mentah dan aset-aset berisiko lainnya seperti ekuitas juga mendapat dorongan setelah The Fed memberikan prospek ekonomi yang optimis, mengangkat semangat investor bahkan ketika bank sentral AS menandai berakhirnya stimulus moneter yang telah lama ditunggu-tunggu.
"Pasar takut dengan apa yang akan dilakukan The Fed, dan sekarang setelah melihat ke belakang dan kami tahu apa yang kami hadapi, pasar sedang reli," kata Phil Flynn, analis senior kelompok harga berjangka di Chicago.
Permintaan telah meningkat pada tahun 2021 setelah keruntuhan tahun lalu. Pada Rabu (15/12/2021), Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan produk yang dipasok oleh kilang-kilang, proksi untuk permintaan, melonjak dalam minggu terakhir menjadi 23,2 juta barel per hari (bph).