Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi melemah, dibayangi sentimen tapering bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed), meski laporan tenaga kerja AS jauh di bawah perkiraaan.
Rupiah pagi ini bergerak melemah 5 poin atau 0,04 persen ke posisi Rp14.213 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.208 per dolar AS.
"Dolar AS menguat atas isu The Fed masih harus melaksanakan tapering stimulus di akhir tahun 2021 ini," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta, Selasa.
Kementerian Tenaga Kerja AS melaporkan data penggajian nonpertanian atau Non Farm Payrolls (NFP) naik sebanyak 194.000 pekerjaan pada periode September, jauh di bawah estimasi sebanyak 500.000 pekerjaan.
Meski demikian, pelaku pasar berekspektasi The Fed akan tetap mulai melakukan tapering pada November mendatang.
Dari dalam negeri, jumlah kasus harian COVID-19 pada Senin (11/10) kemarin mencapai 620 kasus sehingga total jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 4,23 juta kasus. Sedangkan jumlah kasus meninggal akibat terpapar COVID-19 mencapai 65 kasus sehingga totalnya mencapai 142.716 kasus.
Sementara itu, jumlah kasus sembuh bertambah sebanyak 2.444 kasus sehingga total pasien sembuh mencapai 4,06 juta kasus. Dengan demikian, total kasus aktif COVID-19 mencapai 22.541 kasus.
Untuk vaksinasi, jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin dosis pertama mencapai 100,32 juta orang dan vaksin dosis kedua 57,61 juta orang dari target 208 juta orang yang divaksin.
Pada Senin (10/10) lalu rupiah ditutup menguat 15 poin atau 0,11 persen ke posisi Rp14.208 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.223 per dolar AS.
Baca juga: Kurs Rupiah Selasa pagi melemah 5 poin
Baca juga: Kurs Rupiah ditutup menguat seiring pandemi COVID-19 semakin terkendali
Baca juga: Kurs Rupiah menguat saat data tenaga kerja AS tak sesuai perkiraan