Bandung (ANTARA) - Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jawa Barat (Jabar) terus berupaya memperluas pasar ekspornya ke Tiongkok dan hal itu dilakukan sebagai bagian dari upaya pemulihan ekonomi pasca-pandemi COVID-19 dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menuturkan, pihaknya sedang menggali informasi dari market intelligent yang ada di Tiongkok. Salah satunya melalui Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun.
Sejumlah pelaku usaha, asosiasi perusahaan dan 27 Pemda di Jabar pun dipertemukan dengan Djauhari dalam Webinar "Menembus Raksasa Perdagangan Tiongkok, The Largest Marketplace in the World", yang diinisiasi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar, Kamis.
"Dalam rangka memperluas pasar ekspor kami ingin melihat peluang-peluang apa saja yang bisa dikembangkan melalui informasi dari market intelligent," kata Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil di Gedung Negara Pakuan, Kota Bandung.
Kang Emil berharap, gambaran dan informasi dari Dubes RI untuk Tiongkok dan Mongolia mengenai potensi pasar di Tiongkok dapat dimanfaatkan oleh para pelaku industri skala besar, menengah dan UMKM di Jabar.
"Karena seringkali problem di kami adalah kurangnya pengetahuan pasar yang kadang-kadang tidak kami pahami secara menyeluruh sehingga Dubes bisa memberikan gambaran-gambaran atau informasi berharga," tuturnya.
Sebagai informasi, sejauh ini Jabar sudah menjalin kerja sama sister province dengan empat provinsi di Tiongkok yaitu Guangxi Zhuang, Chongqing, Sichuan dan Heilongjiang. Kerja sama yang ditandai dengan MoU tersebut akan memudahkan ekspor produk Jabar ke Tiongkok.
Menurut Kang Emil, Provinsi Jabar memberikan sumbangan terbesar terhadap ekspor nasional pada Januari-Juni 2021. Nilainya mencapai 16,08 miliar dolar Amerika Serikat atau 15,63 persen dari total ekspor nasional.
"Jabar dari sisi produktivitas sudah sangat luar biasa. Ekspor terbesar pertama kami ke Amerika Serikat, Jepang, lalu Tiongkok," ujarnya.
Pun dengan investasi, Jabar masih menjadi primadona investor asing dengan nilai investasi per hari ini mencapai Rp72 triliun. Menurut Kang Emil, alasan ketertarikan investor asing ke Jabar karena infrastrukturnya memadai, perizinan mudah, dan SDM yang produktif.
Sementara itu, Dubes RI untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun mengatakan bahwa saat ini ada tiga sektor ekonomi potensial yang dapat dimanfaatkan pelaku usaha di Jabar. Pertama yaitu bidang teknologi digital yang kini sedang berkembang pesat di Tiongkok.
"Transaksi mereka sudah 2,4 triliun US dollar," katanya.
Kedua, adalah kerja sama bidang kesehatan. Djauhari menyebut Jabar menjadi pusat kesehatan di Indonesia seperti produk vaksin, bahan baku obat dan alat kesehatan. "Ini kebanyakan berlokasi di Jabar," kata Djauhari.
Ketiga, kerja sama dari hulu sampai hilir di bidang tambang nikel.
"Tentunya andalan Jabar lainnya yaitu kopi harus siap-siap untuk masuk ke pasar Tiongkok, terutama Java Preanger yang sudah lebih dulu masuk," kata Djauhari.
Baca juga: Nilai ekspor Jawa Barat semester I 2021 tertinggi di Indonesia
Baca juga: Ridwan Kamil berharap Kampus UMKM Shopee cetak 100.000 eksportir Jabar pada 2022
Baca juga: Gubernur Jabar lepas ekspor 23 ton kelapa parut kering ke Kosta Rika
Pemprov Jabar gali potensi perluasan pasar ekspor ke Tiongkok
Kamis, 2 September 2021 21:04 WIB