Bandung, 3/12 (ANTARA) - Sekitar 50 mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Biasa UPI Bandung menuntut pemerintah memberikan fasilitas khusus bagi penyandang cacat agar mereka mudah melakukan berbagai kegiatan.
"Hari ini adalah Hari Penyandang Cacat Internasional, isu serta tuntutan yang diusung masih sama, yakni aksesibilitas bagi penyandang cacat," kata koordinator aksi itu, Listia Anngraeni, saat memimpin aksi unjuk rasa di depan pintu masuk Gedung Sate, Bandung, Jumat.
Listia menyatakan, diskriminasi bagi keberadaan penyandang cacat masih ada, buktinya akses bagi penyandang cacat, seperti di gedung pemerintah, kampus, hingga mal masih belum memadai.
Selain itu, kata Listia, kesempatan pendidikan bagi penyandang cacat juga masih sangat diskriminatif dan aturan yang ada mempersulit mereka bersaing.
Ia menambahkan, masyarakat selama ini tidak memberikan peluang bagi penyandang cacat untuk bisa memaksimalkan potensi yang ada pada mereka.
"Seperti di kampus UPI Bandung, walaupun membuka Jurusan Pendidikan Luar Biasa tapi aksesibilitas bagi mahasiswa penyandang cacatnya masih minim dan memprihatinkan. Tidak ada jalur khusus bagi mereka. Padahal kampusnya banyak jalan berkelok dan gedung perkuliahan bertingkat," ujarnya.
Dia mengatakan, sebagai bentuk kepedulian mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Biasa UPI Bandung, mereka membentuk "Forum Pembaca".
"Forum ini membantu teman-teman kita yang tunanetra yang kesulitan dalam proses belajar," katanya.
Pihaknya berharap, momentum Hari Penyandang Cacat Internasional 3 Desember semakin menyadarkan masyarakat dan pemerintah bahwa penyandang cacat itu memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan manusia pada umumnya.
"Kami ingin bahwa kita termasuk pemerintah sadar bahwa aksesibilitas itu bukan untuk manusia normal saja tapi bagi penyandang cacat juga. Pokoknya mari kita serukan 'aksesibiltas untuk semua'," ujarnya.***3***
Ajat S