Chicago (ANTARA) - Harga emas menguat lagi pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), mendekati level psikologis 1.800 dolar AS dan mencatat kenaikan untuk sesi keempat berturut-turut, didukung oleh mundurnya imbal hasil obligasi pemerintah AS sementara investor mengamati risalah dari pertemuan kebijakan terakhir Federal Reserve untuk mengukur lintasan suku bunga.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, melonjak 10,9 dolar AS atau 0,61 persen menjadi ditutup pada 1.794,20 dolar AS per ounce. Bursa Comex tutup pada Senin (5/7/2021) karena libur umum untuk memperingati hari Kemerdekaan Amerika Serikat.
Akhir pekan lalu, Jumat (2/7/2021), emas berjangka juga terangkat 6,5 dolar AS atau 0,37 persen menjadi 1.783,30 dolar AS, setelah meningkat 5,2 dolar AS atau 0,29 persen menjadi 1.776,80 dolar AS pada Kamis (1/7/2021), dan bertambah 8,0 dolar AS atau 0,45 persen menjadi 1.771,6 dolar AS pada Rabu (30/6/2021).
Imbal hasil obligasi 10 tahun pemerintah AS yang menjadi acuan mencapai titik terendah hampir dua minggu, meningkatkan daya pikat emas karena cenderung menurunkan peluang kerugian memegang emas.
"Apa yang kami lihat dalam beberapa hari terakhir adalah bank sentral menolak gagasan menaikkan suku bunga sebelum waktunya," kata Fawad Razaqzada, analis ThinkMarkets.
"Investor menyadari bahwa kebijakan moneter secara historis akan tetap sangat longgar dan itulah salah satu alasan mengapa kami melihat imbal hasil obligasi turun, yang membantu menstabilkan harga emas setelah jatuh tajam pada Juni," kata Razaqzada.
Fokus adalah pada risalah dari pertemuan terbaru Fed, yang dijadwalkan pada Rabu waktu setempat, setelah kecenderungan bersikap hawkish dari bank sentral AS bulan lalu, di mana pembuat kebijakan memproyeksikan dimulainya kenaikan suku bunga pada tahun 2023, mendorong emas mundur di bawah 1.800 dolar AS.
Emas mendapatkan kembali beberapa pijakan setelah data pada Jumat (2/7/2021) menunjukkan tingkat pengangguran AS sedikit lebih tinggi.
"Kami percaya masih ada semangat dalam logam mulia, karena inflasi akan terbukti sementara, yang menyiratkan bahwa perkiraan pasar untuk kebijakan Fed terlalu hawkish," kata TD Securities dalam sebuah catatan.
"Dengan emas yang sudah berhasil mempertahankan tren naiknya, skenario ini pada akhirnya dapat mengkatalisasi kembalinya minat institusional yang dapat membuat harga naik di atas 1.900 dolar AS per ounce."
Investor juga bereaksi terhadap survei oleh Dewan Emas Dunia (WGC) yang menunjukkan satu dari lima bank sentral utama dunia berencana untuk meningkatkan cadangan emas mereka selama tahun depan.
Sementara itu, data dari IHS Markit menunjukkan pada Selasa (6/7/2021) bahwa indeks manajer pembelian jasa-jasa AS terakhir berada di 64,6 pada Juni, turun dari 70,4 pada Mei, yang mendukung emas.
Demikian pula, Institute for Supply Management merilis indeks manajer pembelian jasa-jasa di 60,1 pada Juni, turun 3,9 poin persentase dari 64,0 pada Mei.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September turun 32,7 sen atau 1,23 persen, menjadi ditutup pada 26,174 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun 3,7 dolar, atau 0,34 persen, menjadi ditutup pada 1.084 dolar AS per ounce.
Baca juga: Harga emas bidik level 1.800 dolar, saat "greenback" dan imbal hasil melemah
Harga emas melonjak 10,9 dolar didukung menurunnya imbal hasil obligasi AS
Rabu, 7 Juli 2021 8:32 WIB