Chicago (ANTARA) - Emas berjangka naik pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), berbalik dari penurunan tiga hari beruntun, karena investor bereaksi terhadap data ekonomi AS yang mengecewakan, namun harga emas di pasar spot tergelincir setelah pejabat Federal Reserve memproyeksikan kenaikan suku bunga pertama pasca-pandemi pada 2023.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, terangkat 5 dolar AS atau 0,27 persen, menjadi ditutup pada 1.861,4 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Selasa (15/6) emas berjangka tergelincir 9,5 dolar AS atau 0,51 persen menjadi 1.856,40 dolar AS.
Emas berjangka anjlok 13,7 dolar AS atau 0,73 persen menjadi 1,865,90 dolar AS pada Senin (14/6), setelah terpuruk 16,8 dolar AS atau 0,89 persen menjadi 1.879,60 dolar AS pada Jumat (11/6) dan naik tipis 0,9 dolar AS atau 0,05 persen menjadi 1.896,40 dolar AS pada Kamis (10/6).
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Rabu (16/6) bahwa harga impor AS naik 1,1 persen pada Mei dibandingkan dengan 0,8 persen pada April.
Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa izin perumahan AS turun 3,0 persen ke laju tahunan 1,68 juta pada Mei, sementara perumahan baru naik 3,6 persen ke tingkat tahunan 1,57 juta pada Mei. Kedua angka itu mengecewakan.
Di pasar spot emas merosot 1,1 persen menjadi 1.839,06 dolar AS per ounce pada pukul 14.42 waktu setempat (18.42 GMT), setelah sebelumnya mencapai level terendah sejak 14 Mei di 1.833,65 dolar AS.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengakhiri pertemuan kebijakan dua hari mereka tak lama setelah pasar ditutup pada Rabu (16/6).
Dalam proyeksi barunya, 11 dari 18 pejabat Fed memproyeksikan setidaknya dua seperempat poin kenaikan suku bunga untuk tahun 2023, bahkan ketika para pejabat dalam pernyataan mereka berjanji untuk menjaga kebijakan tetap mendukung untuk saat ini guna mendorong pemulihan lapangan pekerjaan yang sedang berlangsung.
"The Fed memiliki rencana permainan bahwa mereka akan menghapus semua akomodasi ini dan itu hanya reaksi awal (dalam emas)," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, menambahkan bahwa Fed lebih hawkish daripada yang diharapkan pasar dan emas bisa jatuh lebih jauh menuju 1.830 dolar AS.
Namun bank sentral mempertahankan suku bunga acuan jangka pendek mendekati nol dan mengatakan akan terus membeli obligasi 120 miliar dolar AS setiap bulan untuk mendorong pemulihan ekonomi.
Emas semakin terpukul oleh lonjakan dolar dan imbal hasil setelah pengumuman tersebut. Imbal hasil yang lebih tinggi meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
"Tetapi The Fed tidak akan memimpin dalam pengetatan dibandingkan bank-bank sentral utama lainnya dan Fed akan menjadi salah satu yang terakhir melakukan pengetatan, memungkinkan pelemahan dolar tetap utuh sepenuhnya yang seharusnya mendukung emas," kata Moya.
Pelaku pasar sekarang mencermati konferensi pers Ketua Fed Jerome Powell setelah pernyataan itu.
Powell mengatakan kebijakan Fed akan terus memberikan dukungan "kuat" untuk ekonomi dan menandai kekhawatiran atas pemulihan ekonomi. Dia juga mengatakan inflasi bisa berubah menjadi lebih tinggi dan lebih persisten dari yang diharapkan.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli naik 11,9 sen atau 0,43 persen, menjadi ditutup pada 27,812 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli turun 6,7 dolar AS atau 0,58 persen, menjadi ditutup pada 1.141,9 dolar AS per ounce.
Baca juga: Harga emas jatuh lagi 9,5 dolar, Fed kemungkinan uraikan rencana "tapering"
Baca juga: Harga emas anjlok 13,7 dolar, investor takut Fed kurangi kebijakan ekspansif
Baca juga: Harga emas tergelincir tertekan menguatnya dolar, inflasi tinggi sementara
Harga emas berjangka terangkat 5 dolar setelah data ekonomi AS mengecewakan
Kamis, 17 Juni 2021 8:32 WIB