Cimahi, 8/10 (ANTARA) - Jumlah siswa yang terancam putus sekolah atau "drop out" (DO) di Cimahi terbilang tinggi mencapai 2.604 siswa, sebanyak 2.105 siswa diantaranya siswa Sekolah Dasar (SD/MI) dan sisanya siswa SMP atau MTs.
Untuk mengatasi hal itu, Dinas Pendidikan Kota Cimahi telah mengatasinya lewat program Bantuan Siswa Miskin (BSM) bagi 2105 siswa tidak mampu dengan nilai bantuan Rp 360 ribu selama satu tahun untuk siswa sekolah dasar (SD/MI) dan Rp45.833 bagi 499 siswa yang duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) atau MTs, kata Kabid Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan Kota Cimahi Toto Suharto saat ditemui wartawan di Cimahi, Jumat.
"Berdasarkan data di tahun 2009, jumlah siswa yang putus sekolah di Cimahi ada 39 siswa untuk tingkat SD/MI dari jumlah siswa secara keseluruhan 55.478. Sedangkan bagi siswa SMPnya ada 78 siswa dari 22.928. Jumlah siswa yang putus sekolah ini faktor penyebabnya sangat beragam," kata Toto.
Dijelaskannya, siswa yang putus sekolah itu pada umumnya disebabkan karena faktor ekonomi keluarga yang tidak menunjang siswa tersebut untuk melanjutkan pendidikannya. Dan di Cimahi sendiri, wilayah Kecamatan Cimahi Selatan merupakan terbanyak siswa yang putus sekolah akibat keterbatasan ekonomi orangtuanya.
"Selain itu juga, mereka yang putus sekolah itu pada umumnya mereka yang tinggal di wilayah pinggiran atau perbatasan seperti Kelurahan Sukamaju dan Setiawarga. Tapi, faktor ekonomi bukan faktor utama yang menjadi penyebab mereka putus sekolah diantaranya karena karakteristik daerah," ucapnya.
Menurutnya, untuk menghindari terjadi lebih banyak lagi siswa yang putus sekolah di Kota Cimahi. Pihaknya telah mengeluarkan instruksi kepada setiap kepala sekolah untuk membantu menyelesaikan permasalahan biaya yang dihadapi oleh para siswa miskin.
"Untuk mengantisipasi banyak siswa yang putus sekolah kita pun selalu minta masukan dari tingkat kelurahan baik RT maupun RWnya tentang warga mereka yang terancam putus sekolah. Makanya, saya kira jumlah siswa putus sekolah di Cimahi jumlahnya tidak terlalu banyak karena dinas selalu turun langsung menanganinya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institut Transformasi Pendidikan (Intr@p) Kiki Rashakin menyatakan, Dinas Pendidikan dan sekolah harus bisa memberikan solusi terbaik atas masalah dihadapi siswa didiknya disamping tentunya melakukan analisa penyebab mengapa ada siswa yang putus sekolah atau drop out (DO).
"Harus menjadi pemikiran bersama stakeholder untuk mengatasi siswa putus sekolah salah satunya bisa melakukan dengan cara meringankan biaya yang ditanggungnya. Bahkan bila perlu dibebaskan dari segala biaya pendidikan, jika memang benar tidak mampu," kata Kiki.
Pemkot Cimahi melalui Dinas Pendidikan harus konsisten dengan jargon yang sering disampaikan wali kota bahwa tidak boleh ada anak usia sekolah atau keluar sekolah hanya karena tidak mampu membayar iuran yang dibebankan sekolah.
Selain itu, jika putus sekolah karena melanggar tidak naik kelas atau nakal, sambungnya, harus perlu ada pembinaan yang terus menerus agar siswa jangan sampai meninggalkan pendidikannya. "Lebih baik diberikan sanksi agar siswa menjadi jera dan tidak lagi melanggar, apalagi putus sekolah," pungkasnya.***3***
(U.pso-215/C/Y008/Y008) 08-10-2010 15:26:45