Cianjur (ANTARA) - Arus lalu lintas macet dengan kendaraan tidak bergerak hingga berjam-jam menjadi pemandangan yang biasa ketika berkunjung ke wilayah utara Cianjur, Jawa Barat, tepatnya di kawasan Puncak-Cipanas yang lebih dikenal sebagai kota wisatanya Cianjur.
Terlebih ketika akhir pekan dan libur panjang, volume kendaraan tumpah ruah bisa membuat waktu tempuh Jakarta-Puncak yang di saat normal hanya dua jam, bisa berjam-jam karena tidak berimbangnya volume kendaraan dan lebar jalan.
Untuk mencari solusi kemacetan di jalur tersebut, pemerintah pusat pada tahun 2017 pernah berencana memperlebar jalan, dengan cara menertibkan ratusan warung yang berdiri mulai dari kawasan Bogor hingga Puncak Pass. Namun, rencana itu mendapat protes keras dari ratusan pedagang yang konon sudah turun temurun berjualan di kawasan itu.
Memasuki tahun 2021, upaya pelebaran jalan belum juga terlaksana meski ratusan warung yang menjajakan berbagai oleh-oleh hingga makanan khas kawasan Puncak sudah rata dengan tanah. Pemerintah pusat pun belum sepenuhnya mampu melakukan pelebaran jalan secara maksimal karena lahan yang tersedia tidak memadai ditambah status tanah yang masih menjadi persoalan.
Untuk itu, Pemerintah Daerah Bogor maupun Pemda Cianjur, mendorong pemerintah pusat untuk membangun Jalur Puncak II sebagai solusi mengatasi kemacetan di jalur utama Puncak yang semakin hari semakin parah. Sebelum pandemi, setiap akhir pekan ribuan kendaraan terjebak macet hingga belasan jam.
Pembangunan jalur Puncak II yang masuk ke dua wilayah Bogor dan Cianjur sepanjang 48,5 kilometer, membutuhkan biaya sebesar Rp1,5 triliun, sehingga dinilai sangat memberatkan kedua wilayah, jika hanya mengandalkan dana dari APBD. Sehingga pemerintah daerah berharap mendapat bantuan dari pusat dan provinsi.
Keberadaan jalur alternatif Puncak II yang membentang di lima kecamatan di wilayah Bogor dan tiga kecamatan di Cianjur, diharapkan dapat berimplikasi positif pada aspek ekonomi termasuk mengangkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) warga sekitar di dua wilayah.
Bentuk keseriusan pemerintah daerah untuk segera membangun jalur alternatif itu, mulai dari pembebasan lahan, pengerasan jalan dan pengaspalan tahap pertama sudah dilakukan beberapa tahun lalu, namun selama 4 tahun terakhir tidak berlanjut karena keterbatasan biaya mengakibatkan landasan jalan kembali rusak.
Bupati Cianjur Herman Suherman dan Bupati Bogor, Ade Yasin, sepakat untuk melakukan pembebasan lahan yang akan dipakai untuk jalur alternatif pengendara agar sampai dengan cepat ke kawasan Cianjur, tanpa harus terjebak macet karena satu-satunya jalan untuk menuntaskan masalah macet Puncak, harus segera dibangun jalur PuncaK II.
"Kami sudah sepakat dengan Bupati Bogor, agar proyek pembangunan jalur Puncak II sebagai solusi mengantasi macet di jalur utama Puncak. Pembebasan lahan sudah dilakukan sejak dua tahun yang lalu, tahun ini, kita upayakan dapat terlaksana pembangunan," kata Herman.
Untuk melancarkan pembangunan awal, pemerintah daerah, telah menyiapkan anggaran Rp10 miliar bantuan dari Provinsi Jabar dan Rp5 miliar dari APBD Cianjur, sehingga pembangunan jalan layak dan bagus sebagai solusi kemacaten di jalur utama Puncak, dapat segera terwujud.
Sebagai penunjang lainnya, pihaknya menargetkan 1.000 kilometer jalan beton milik kabupaten sebagai pendukung, setelah jalur Puncak II dibuka, sehingga pengendara terutama wisatawan yang melintas dapat dengan cepat sampai ke tujuan seperti tempat wisata yang mulai berkembang mulai dari wilayah utara hingga selatan Cianjur.
Keberadaanya, dapat mengembalikan roda perekonomian Cianjur, terutama wilayah utara yang selama ini, merupakan penghasil PAD tertingggi terutama dari sektor pariwisata. Kawasan utara Cianjur, tepatnya tiga kecamatan Cipanas, Pacet dan Sukaresmi, merupakan lokasi favorit wisatawan setiap akhir pekan dari Jabodetabek hingga mancanegara.
Sehingga pemerintah daerah bekerja sama dengan pemerintah provinsi hingga pusat, untuk mewujudkan mimpi mengembalikan kejayaan perekonomian dengan membuka jalur Puncak II sebagai solusi satu-satunya untuk meningkatkan angka kunjungan yang sempat terpuruk.
Berbagai destinasi wisata baru bernuansa alam di wilayah timur hingga selatan dengan bentangan pantai sepanjang 75 kilometer dan puluhan wisata air terjun yang sudah dikelola dengan baik, sangat menjanjikan untuk dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah hingga mancanegara.
"Kita targetkan pembangunan jalur Puncak II sudah terealisasi tahun 2022, berbagai kalangan mulai dari eksekutif dan legislatif di Cianjur hingga pusat mendukung penuh terwujudnya pembangunan Jalur Puncak II, untuk mengembalikan perekonomian dan angka kunjungan ke Cianjur," kata Herman.
Sedangkan terkait besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menuntaskan pembangunan, pemerintah daerah baik Bogor dan Cianjur, telah berkordinasi dengan Kementerian terkait di pusat, untuk ikut membantu agar pembangunan tidak kembali terhambat karena minimnya dana yang dimiliki.
Pihak Kementerian PUPR dan anggota DPR RI, dua tahun yang lalu, sempat mendatangi lokasi di wilayah Cianjur yang akan dibangun karena proses pembebasan lahan telah dituntaskan kedua wilayah. Bahkan pihak kemeterian, berjanji akan segera merealisasikan pembangunan jalur Puncak II sebagai solusi macet total di jalur Puncak.
"Kita terus jalan komunikasi dan kordinasi dengan pusat, agar pembangunan Puncak II berjalan lancar dan dapat segera diresmikan. Tentunya bantuan dari pemerintah pusat sangat dibutuhkan, untuk membangun jalan sepanjang 48,5 kilometer dengan hotmix," ungkap Herman.
.
Kejayaan Puncak-Cipanas
Berkaca sebelum dibukanya tol Cipularang tahun 2004, kawasan Puncak-Cipanas, layaknya kawasan petro dolar yang selalu ramai dikunjungi wisatawan luar kota hingga mancanegara, tidak hanya pada hari libur, hari biasa tempat wisata unggulan mulai dari Kebun Raya Cibodas, Gunung Gede-Pangrango hingga Taman Bunga Nusantara, tidak pernah sepi pengunjung.
Roda perekonomian kota wisata Cipanas, berjalan pesat terlihat dari tingkat hunian hotel dan restoran yang jumlahnya menjamur dan tidak pernah kosong dari pengunjung, meski hanya perlintasan bagi pengendara dengan tujuan berbagai kota di Jawa Barat, tidak mengurangi minat mereka untuk berlibur layaknya judul lagu lawas "Semalam di Cianjur".
Okupansi hotel yang selalu tinggi terutama saat libur akhir pekan dan libur panjang pun, berimbas pada tingkat hunian vila yang terkenal banyak dijajakan calo dipinggir jalan, mendatangkan penghasilan yang cukup menjanjikan bagi warga sekitar, bahkan tidak jarang warga menyewakan rumah mereka menjadi vila karena tingginya kunjungan pada akhir tahun.
Setelah tol Cipularang berjalan, kejayaan ekonomi di kawasan utara terus menurun, bahkan belasan hotel dan rumah makan terpaksa tutup dan bangkrut karena sepinya pengendara yang melintas. Namun kemacetan tetap saja terjadi, meski berbagai upaya dilakukan pihak kepolisian setempat mulai dari rekayasa arus hingga sistem satu arah.
Jalur Puncak II sebagai solusi untuk mengembalikan tingginya angka kunjungan ke wilayah Puncak-Cianjur perlu terus didorong, sehingga roda perekonomian kembali meningkat dan harus segera terwujud.
Untuk mengenjot angka kunjungan wisatawan sambil menunggu dibangunnya jalur Puncak II, beberapa waktu lalu, Pemkab Cianjur bersama Pemprov Jabar, meluncurkan scan barcode untuk memudahkan wisatawan untuk memilih lokasi wisata yang akan dikunjungi lengkap dengan hotel atau penginapan hingga produk unggulan yang tersedia.
Bahkan penataan tempat wisata milik pemerintah daerah terus dibenahi, sehingga saat berkunjung ke Cianjur, tidak ada lagi judul lagu Semalam di Cianjur, namun menjadi berlama-lama dan bermalam-malam di Cianjur, sesuai dengan keinginan Bupati Cianjur, Herman Suherman yang baru dilantik beberapa pekan yang lalu.
Alternatif Pelaku Usaha
Berbagai kalangan di Cianjur, berharap mimpi menjadi nyata ketika jalur Puncak II yang membentang di Desa Batulawang, Kecamatan Cipanas, sepanjang 10 kilometer itu segera dibangun agar memudahkan akses aktifitas perekonomian, terutama bagi pelaku usaha dalam memenuhi berbagai pesanan dan berbelanja kebutuhan keluar kota terutama ke Jabodetabek yang selalu terhambat karena macet total di jalur utama Puncak saat libur panjang dan akhir pekan.
Selama ini, sebagian besar pengusaha sayur mayur dan bunga hias di kawasan Pacet, Cipanas dan Sukaresmi yang memasok kebutuhan pasar tradisional hingga pasar modern di Jabodetabek, kerap merugi karena sayur mayur dan bunga pesanan pelangan rusak di tengah jalan akibat terjebak macet yang bisa sampai 12 jam.
Saat menggunakan jalur Puncak II yang kondisinya masih rusak dan sebagian besar baru terpasang batu kali sebagai landasan jalan, membuat nilai barang berkualitas yang dipesan pelanggan turun, ditambah jarak tempuh untuk sampai ke lokasi pemesan cukup panjang karena pengendara harus ekstra hati-hati saat melintas dengaan kendaraan sarat muatan.
"Saat jalur utama Puncak padat dan macet, kami terpaksa meminta sopir mengunakan jalur Puncak II agar sampai tepat waktu, meski resikonya barang yang dikirim seperti sayur mayur jenis daun-daunan kualitasnya berkurang karena rusak atau cacat tergoyang-goyang dibak belakang kendaraan," kata Hendi Saeful Maladi pemasok sayur mayur di Kecamatan Pacet.
Harapan dibangunnya jalur Puncak II, merupakan mimpi warga terutama pelaku usaha di Cianjur karena saat jalur utama di perlebar, namun volume kendaraan terus bertambah, tidak akan menjadi solusi yang tepat. Sedangkan jalur alternatif Puncak II dinilai tepat meski volume kendaraan bertambah, namun terbagi di dua lokasi yang berbeda.
Bahkan mereka menilai jalur Puncak II dapat dijadikan jalur utama bagi aktifitas perekonomian, sehingga dapat mengembalikan kejayaan kawasan Puncak-Cipanas, sebagai daerah kunjungan wisata terutama agrowisata yang sudah sejak zaman Presiden RI Megawati dibangun dan tidak pernah berjalan.
Tiga kecamatan di kawasan utara Cianjur, Cipanas, Pacet dan Sukaresmi, merupakan kawasan wisata yang juga terdapat ratusan hektar pertanian, obyek wisata unggulan, produk unggulan UMKM dan sarana prasarana penunjang wisata mulai dari hotel, restoran dan vila.
Saat jalur Puncak II dibangun pemerintah, sebagai solusi kemacetan di jalur utama Puncak, roda perekonomian dapat kembali meningkat sehingga kejayaan yang sempat hilang karena dibukanya tol Cipularang dan terus terjadinya macet total yang membuat wisatawan mengurungkan niatnya untuk berlibur ke Cianjur.
Kalau ada dua jalur untuk sampai dengan cepat ke Puncak-Cianjur, tentunya akan menjadi pilihan bagi pendatang atau wisatawan karena tidak harus lagi terjebak macet berjam-jam untuk sampai atau pulang berlibur dari Puncak. Pelaku usaha juga akan mudah memenuhi semua pesanan tepat waktu.
Baca juga: DPR kawal Rp1,6 triliun untuk bangun Jalur Puncak II di tahun 2022
Baca juga: DPR dorong upaya percepatan proyek jalur alternatif Puncak II
Baca juga: Bupati Bogor prediksi jalur Puncak II mampu turunkan 50 persen macet Puncak