Jakarta (ANTARA) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menetapkan harga indeks pasar untuk produk bahan bakar nabati jenis biodiesel sebesar Rp10.229 per liter pada Mei 2021 ditambah ongkos angkut atau naik 0,95 persen dibandingkan harga indeks pasar bulan April senilai Rp10.131 per liter.
"Besaran harga indeks pasar bahan bakar nabati jenis biodiesel bulan Mei 2021 sebesar Rp 10.229 per liter ditambah ongkos angkut yang berlaku efektif pada tanggal 1 Mei 2021," kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Mulyana dalam keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Kamis.
Kenaikan harga indeks pasar biodiesel terjadi seiring meningkatnya harga rata-rata minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) periode 25 Maret 2021 sampai dengan 24 April 2021 sebesar Rp10.520 per kilogram.
Adapun, minyak sawit mentah periode sebelumnya berada di rentang harga Rp14.337 per kilogram.
Besaran konversi minyak sawit mentah menjadi biodiesel tercatat sebesar 85 dolar AS per metrik ton atau sama dengan harga acuan bulan lalu.
Sedangkan, konversi nilai tukar mata uang menggunakan referensi rata-rata kurs tengah Bank Indonesia periode 25 Maret 2021 sampai dengan 24 April 2021 tercatat senilai Rp14.553 per dolar AS.
Seperti diketahui, Indonesia merupakan produsen terbesar biodiesel di dunia dengan jumlah produksi mencapai 137 ribu barel minyak per hari lebih tinggi dibandingkan angka produksi biodiesel Amerika Serikat, Brazil, dan Jerman.
Biodiesel adalah bahan bakar nabati yang terdiri dari campuran senyawa methyl ester dari rantai panjang asam lemak yang diperuntukkan sebagai bahan bakar alternatif mesin diesel.
Indonesia menggunakan minyak sawit mentah sebagai bahan baku utama biodiesel. Minyak sawit dipilih karena pembudidayaanya sudah mapan mengingat posisi Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar nomor dua di dunia.
Setiap tahun angka produksi biodiesel terus mengalami pertumbuhan yang positif. Jumlah produksi biodiesel pada 2016 tercatat mencapai tiga juta kiloliter, lalu meningkat 300 persen menjadi 8,5 juta kiloliter pada 2020.
Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) Eddy Abdurrachman mengatakan kenaikan harga indeks pasar minyak sawit dari waktu ke waktu telah mengakibatkan harga biodisel cenderung lebih mahal ketimbang harga solar.
"Harga CPO semakin meningkat, sedangkan CPO ini sebagai bahan bakar utama biodiesel yang mengakibatkan harga biodiesel relatif tinggi dibandingkan harga solar," kata Eddy.
Baca juga: Indonesia produsen biodiesel terbesar dunia
Baca juga: Pemkot Bogor dapat tawaran kerja sama pengolahan minyak jelantah jadi biodiesel
Baca juga: Harga biodiesel turun jadi Rp8.019/liter untuk April