Jakarta (ANTARA) - Pasien kanker membutuhkan asupan nutrisi sesuai kebutuhan tubuhnya agar tak kekurangan gizi, tetapi ini tak berarti harus terlalu fokus pada makanan yang menjadi pantangan.
Dokter spesialis gizi klinik Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), Wahyu Ika Wardhani menyarankan, ketimbang terlalu memikirkan pada makanan yang tidak boleh dikonsumsi pasien sebaiknya fokuslah pada hidangan yang tidak melupakan berbagai zat gizi seperti karbohidrat protein, lemak dan zat gizi lainnya.
Terlebih di masa pandemi COVID-19, asupan makanan bergizi seimbang berperan penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh yang juga menjadi bagian upaya pencegahan terkena penyakit menular itu.
"Kalau sudah terkena kanker jangan terlalu fokus ke pantangan, mana yang tidak boleh padahal masih banyak yang tidak tercukupkan. Makan sesuai kebutuhan (dari sisi) energinya, proteinnya, buah-buahan dan sayurannya," kata dia dalam Talkshow Awam RSUI mengenai "Keperawatan dan Nutrisi Seimbang selama Pandemi untuk Kanker: I Am And I Will" secara daring, Selasa.
Secara umum, pasien kanker harus mendapatkan asupan kalori yang cukup dari sumber makanan mengandung karbohidrat dan lemak. Sebaiknya pilih karbohidrat kompleks karena mengandung lebih banyak zat gizi seperti serat dan vitamin B.
Zat gizi lain yang tak kalah penting yakni protein dan lemak. Ika mengatakan, protein tergolong zat pembangun tubuh yang apabila jumlahnya tak cukup maka tubuh akan mengambilnya dari otot misalnya.
Kebutuhan protein bisa dipenuhi dari sumber hewani dan nabati yang memiliki zat gizi saling melengkapi. Asam amino misalnya, bisa didapatkan dari protein hewani, sementara lemak baik dari protein nabati.
Khusus untuk lemak, sama seperti orang sehat pada umumnya, tubuh membutuhkan jenis yang baik seperti omega-3, misalnya dari ikan.
Di samping itu, tubuh juga membutuhkan asupan vitamin dan mineral dari sayuran serta buah yang juga memiliki manfaat sebagai antioksidan.
Bagaimana dengan makanan beku atau frozen food? Menurut Ika, terkadang ada pasien kanker memiliki kendala dalam penyiapan makanan sehingga makanan beku menjadi alternatif. Hal ini tiak masalah asalkan tetap menerapkan pola makanan bergizi seimbang.
Dia menyarankan, sebisa mungkin makanan ini dibuat sendiri agar tahu kebersihannya dan apabila membeli dari luar sebaiknya hindari yang mengandung pengawet.
Dalam penyajian makanan, Ika menekankan pentingnya melihat kondisi pasien. Pasien yang menjalani kemoterapi umumnya memiliki kesulitan sendiri mengonsumsi makanan karena rasa mual yang dia rasakan. Apabila memungkinkan, makanan bisa diberikan dalam bentuk lebih lunak ke cair.
Dalam talkshow yang sama, Manajer Keperawatan RSUI, Dr. Debie Dahlia menyarankan agar pasien kanker juga memastikan asupan kebutuhan cairannya terpenuhi untuk mencegah dehidrasi akibat masalah kesehatan yang bisa menyertainya semisal diare, muntah yang juga menjadi efek pengobatan kemoterapi.
Mereka juga disarankan melakukan olahraga rutin untuk menurunkan stres dan tidur cukup. "Olahraga rutin untuk menurunkan stres. Tubuh akan merasa bugar karena hormon endorfin keluar, memunculkan rasa bahagia, lakukan olahraga sesuai kondisi tubuh. Kalau tidur saja, tubuh menjadi tegang," kata dia.
Masalah gangguan tidur dan solusinya
Selain nutrisi, pasien kanker juga memerlukan tidur dengan durasi cukup. Namun, masalahnya mereka sering kali mengalami masalah tidur akibat masalah dalam tubuhnya atau obat-obatan yang dia konsumsi selama perawatan penyakitnya. Masalah ini akhirnya bisa mengganggu suasana hati mereka, membuat sulit berkonsentrasi dan memunculkan risiko stres atau bahkan depresi.
Menurut Debie, masalah tidur perlu segera ditangani demi mencegah pasien mengalami kelelahan, mengembalikan energi yang hilang saat bangun dan memperbaiki sel jaringan yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh.
Salah satu yang bisa dilakukan, menerapkan terapi kognitif perilaku atau cognitive behavioral therapy (CBT) untuk memberi keyakinan diri pasien dengan memberinya pikiran-pikiran positif.
"Berpikir tidak bisa tidur malah membuat sulit tidur. Di pikiran sampaikan 'saya cukup rileks saja'. Selain pikiran positif, lakukan stimulus kontrol yakni tempat tidur disetting hanya untuk tidur. Jangan melakukan aktivitas tak berkaitan dengan tidur di tempat tidur," tutur Debie.
Selain itu, ada sejumlah hal lain yang bisa dilakukan misalnya mengonsumsi makanan tinggi protein dua jam sebelum tidur untuk memudahkan tidur, menghindari tidur siang dan menonton atau bekerja di kamar tidur.
Debie menyarankan, pasien bisa mengelola stres. Di masa pandemi COVID-19 yang membuat mobilitas terbatas, cobalah untuk melakukan berbagai hal menyenangkan untuk membunuh rasa bosan, misalnya bertanam anak hijau atau tanaman.
Hal lain yang tak kalah penting, melanjutkan pengobatan di fasilitas kesehatan. Penundaaan pengobatan bisa membuat remisi terganggu atau muncul kemungkinan relaps (kekambuhan).
"Insha Allah saat ini aman karena rumah sakit sudah menerapkan new normal," kata Debie.
Jadi, walaupun di tengah pandemi COVID-19, pasien kanker tetap disarankan memenuhi kebutuhan nutrisinya agar tak mengalami kekurangan gizi. Mereka juga perlu melakukan pola hidup sehat lainnya untuk menunjang sistem imun tubuh mereka seperti berolahraga rutin, cukup tidur dan mengelola stres.
Baca juga: Ketua YKI: Ada enam gejala kanker lambung yang harus diwaspadai
Baca juga: Hari kanker sedunia, kenali penyebab serta deteksi kanker paru
Baca juga: Mahasiswa UB buat obat herbal kanker mulut dari ekstrak kemangi