Menristek sebut mutasi virus corona berpengaruh pada efikasi vaksin
Senin, 15 Februari 2021 14:25 WIB
Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan mutasi virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 berpengaruh pada efikasi vaksin.
"Simpulannya bahwa bagaimanapun juga jenis virus baru ini, terutama di Afrika Selatan yang telah diuji terhadap beberapa vaksin menunjukkan bahwa ada pengaruh dari strain virus baru ini terhadap efektivitas vaksin tersebut," kata Menristek dalam webinar bertajuk "Genomic Surveillance, Mutation and Vaccine", Jakarta, Senin.
Menristek mengatakan dari pengujian beberapa vaksin COVID-19 terhadap beberapa varian virus SARS-CoV-2 baru, dapat disimpulkan bahwa mutasi virus yang ada menyebabkan terjadinya penurunan efikasi vaksin.
Ia mengemukakan penurunan efikasi di antaranya dialami oleh vaksin Pfizer terhadap varian N501Y dan E484K, vaksin dari Johnson & Johnson terhadap varian baru di Afrika Selatan, dan vaksin dari Oxford-AstraZeneca terhadap varian B.1.351 dari Afrika Selatan.
Namun, vaksin-vaksin tersebut masih tetap efektif dalam memberikan perlindungan terhadap virus corona jenis baru penyebab COVID-19.
Varian-varian baru itu, katanya, teridentifikasi melalui pengurutan genom menyeluruh (whole genom sequencing) terhadap virus SARS-CoV-2 yang bersirkulasi di negara-negara di seluruh dunia.
Oleh karena itu, Kementerian Riset dan Teknologi dan Kementerian Kesehatan telah berkolaborasi dan menandatangani nota kesepahaman untuk melakukan dan memperkuat surveilans genom Virus SARS-CoV-2, di mana salah satu kegiatannya adalah meningkatkan pengurutan genom menyeluruh.
Dengan peningkatan kegiatan pengurutan genom menyeluruh terhadap virus SARS-CoV-2, maka virus tersebut dapat dengan lebih baik dikenali sehingga memperkuat upaya penanggulangan pandemi COVID-19 dan pengendalian kesehatan masyarakat ke depan, demikian Bambang PS Brodjonegoro.
Baca juga: Vaksin Sinovac punya efikasi 65,3 persen, apa artinya?
Baca juga: Bio Farma: 837 relawan uji klinis vaksin COVID masuk periode monitoring efikasi
"Simpulannya bahwa bagaimanapun juga jenis virus baru ini, terutama di Afrika Selatan yang telah diuji terhadap beberapa vaksin menunjukkan bahwa ada pengaruh dari strain virus baru ini terhadap efektivitas vaksin tersebut," kata Menristek dalam webinar bertajuk "Genomic Surveillance, Mutation and Vaccine", Jakarta, Senin.
Menristek mengatakan dari pengujian beberapa vaksin COVID-19 terhadap beberapa varian virus SARS-CoV-2 baru, dapat disimpulkan bahwa mutasi virus yang ada menyebabkan terjadinya penurunan efikasi vaksin.
Ia mengemukakan penurunan efikasi di antaranya dialami oleh vaksin Pfizer terhadap varian N501Y dan E484K, vaksin dari Johnson & Johnson terhadap varian baru di Afrika Selatan, dan vaksin dari Oxford-AstraZeneca terhadap varian B.1.351 dari Afrika Selatan.
Namun, vaksin-vaksin tersebut masih tetap efektif dalam memberikan perlindungan terhadap virus corona jenis baru penyebab COVID-19.
Varian-varian baru itu, katanya, teridentifikasi melalui pengurutan genom menyeluruh (whole genom sequencing) terhadap virus SARS-CoV-2 yang bersirkulasi di negara-negara di seluruh dunia.
Oleh karena itu, Kementerian Riset dan Teknologi dan Kementerian Kesehatan telah berkolaborasi dan menandatangani nota kesepahaman untuk melakukan dan memperkuat surveilans genom Virus SARS-CoV-2, di mana salah satu kegiatannya adalah meningkatkan pengurutan genom menyeluruh.
Dengan peningkatan kegiatan pengurutan genom menyeluruh terhadap virus SARS-CoV-2, maka virus tersebut dapat dengan lebih baik dikenali sehingga memperkuat upaya penanggulangan pandemi COVID-19 dan pengendalian kesehatan masyarakat ke depan, demikian Bambang PS Brodjonegoro.
Baca juga: Vaksin Sinovac punya efikasi 65,3 persen, apa artinya?
Baca juga: Bio Farma: 837 relawan uji klinis vaksin COVID masuk periode monitoring efikasi