Hanoi (ANTARA) - Menteri Kesehatan Vietnam Nguyen Thanh Long mengatakan wabah COVID-19 yang baru terdeteksi, telah menginfeksi 276 orang, dan menyebar ke 10 provinsi dan kota, disebabkan oleh varian virus corona Inggris yang lebih menular.
Enam hari sejak virus muncul kembali di Provinsi Hai Duong, klaster di sana terkendali, kata menteri kesehatan, menurut pernyataan pemerintah, Selasa.
Long mengatakan bahwa menangani penyebaran virus di Ibu Kota Hanoi, di mana 20 kasus baru telah terdeteksi, akan membutuhkan waktu lebih lama.
"Pengurutan gen menunjukkan bahwa 12 dari 276 pasien yang baru terdeteksi positif dengan (virus) varian Inggris, meskipun sumber wabah ini tetap tidak diketahui. Kita harus dengan cermat mengikuti peraturan memakai topeng," kata Long dalam rapat kabinet.
Berkat pengujian massal dan karantina yang ketat, Vietnam berhasil mempertahankan tingkat infeksinya pada angka rendah yaitu 1.851 kasus dan 35 kematian. Upaya negara itu menuai pujian di seluruh dunia sebagai salah satu tanggapan nasional paling sukses terhadap pandemi virus corona.
“Hanoi harus meningkatkan langkah-langkah untuk menahan virus. Kementerian kesehatan akan mendukung kota itu untuk meningkatkan kapasitas pengujian menjadi 40.000 tes per hari,” kata Long.
Hanoi telah mengambil 15.000 sampel sejak wabah terbaru dan saat ini memiliki kapasitas untuk melakukan 5.000 tes sehari, kata seorang pejabat dari departemen kesehatan Hanoi pada Senin (1/2).
Vietnam menyetujui vaksin dari AstraZeneca PLC pada Sabtu (30/1) setelah Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc mengatakan negaranya harus mendapatkan vaksin tersebut pada kuartal pertama.
Pemerintah sebelumnya mengatakan sedang dalam pembicaraan untuk mendapatkan 30 juta dosis vaksin.
Media pemerintah melaporkan kelompok pertama 50.000 dosis akan tiba pada Maret, dan sisanya dikirimkan pada Juni.
Sumber: Reuters
Baca juga: Varian baru virus corona landa resor mewah St Moritz Swiss
Baca juga: Jepang temukan varian baru COVID pada empat wisatawan asal Brazil
Baca juga: Amerika Serikat temukan kasus pertama varian baru COVID-19