Bandung (ANTARA) - Juru bicara tim uji klinis vaksin COVID-19 Universitas Padjadjaran (Unpad) Rodman Tarigan mengatakan, relawan uji klinis vaksin fase tiga COVID-19 Sinovac melakukan enam kunjungan penelitian selama uji klinis berlangsung.
Pada kunjungan pertama atau Visit 0 (V0), relawan mendapatkan penjelasan mengenai alur uji klinis dan swab test. Jika hasil tes negatif, relawan melakukan kunjungan kedua atau Visit (V1).
Dalam V1, relawan menjalani penyuntikan pertama. Sedangkan penyuntikan kedua dilakukan 14 hari setelah penyuntikan pertama pada kunjungan ketiga atau Visit 2 (V2).
Setelah V2, relawan melakukan tiga kali pengambilan darah pada kunjungan keempat atau Visit 3 (V3) yang dilakukan 14 hari setelah penyuntikan kedua, kunjungan kelima atau Visit 3A (V3A) yang dilaksanakan tiga bulan dari penyuntikan kedua, dan kunjungan keenam atau Visit 4 (V4) yang dilakukan enam bulan setelah penyuntikan kedua.
Rodman menjelaskan, pengecekan darah enam bulan setelah penyuntikan dilakukan untuk melihat konsistensi antibodi.
"Untuk mengetahui berapa lama kekebalan atau antibodi yang terbentuk pada relawan yang mendapatkan vaksin," kata Rodman, Jumat.
Rodman juga menegaskan, dalam uji klinis vaksin COVID-19, ada relawan yang mendapatkan suntik vaksin, dan ada relawan yang mendapatkan suntik placebo.
"Setelah pengecekan antibodi enam bulan dari penyuntikan kedua, laporan lengkap akan disusun dan dikirim. Kira-kira April 2021. Sedangkan, pada Desember, kami juga mengirim laporan interim atau laporan sementara," ucapnya.
Semua tahapan uji klinis vaksin fase tiga COVID-19 Sinovac tersebut dijalani Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil yang juga menjadi relawan dalam uji klinis tersebut.
Teraktual, Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil melakukan kunjungan kelima atau Visit 3A (V3A) di Puskesmas Garuda, Kota Bandung, Senin (14/12).
"Relawan vaksin COVID-19 Bio Farma ini harus dicek tidak hanya tiga bulan seperti bulan ini tapi juga saat enam bulan. Jadi, artinya kami harus diambil darah lagi pada Maret (2021)," kata Kang Emil.
Sambil menunggu kepastian vaksin, Kang Emil pun mengimbau masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun, dengan ketat.
“Jadi saya tentunya harus memberikan kabar ini kepada warga Jabar dengan tetap terapkan protokol kesehatan 3M karena vaksin tidak secepat yang kita harapkan,” ucapnya.
Kang Emil menjelaskan, selama menjadi relawan uji klinis, dirinya tidak mengalami kendala. Kondisi kesehatannya pun tidak mengalami gangguan.
“Alhamdulillah berkali-kali menjalani swab test, hasilnya selalu negatif. Apakah ini karena faktor vaksin atau tidak, belum bisa disimpulkan," ucapnya.
Sosialisasi edukasi vaksinasi
Kang Emil melaporkan, pihaknya sudah melakukan survei terkait vaksinasi. Survei yang dilakukan pada 3 Desember sampai 10 Desember 2020 tersebut melibatkan 1.086 responden. Hasilnya, 93,2 persen responden mengetahui rencana vaksinasi COVID-19.
“Dari hasil survei juga hanya 14 persen responden yang tidak mau divaksin, jadi mayoritas warga itu mau divaksin dan masih menunggu kabar, kira-kira begitu, jadi edukasi (pemberian) vaksin sudah sangat baik,” ucapnya.
Kang Emil mengajak semua pihak, khususnya media massa, untuk intens meningkatkan sosialisasi dan edukasi soal vaksinasi.
Dia juga menegaskan, alasannya menjadi relawan uji klinis vaksin COVID-19 adalah menjawab kekhawatiran masyarakat akan vaksin.
“Kami pun akan jujur kalau sakit kalau gagal kami akan sampaikan karena ini menyangkut kesehatan dan nyawa manusia. Kalau berhasil pun bisa lihat kondisi kami (relawan vaksin dari Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Jabar) karena kami pengambil keputusan. Kami pemerintah dan kami juga relawan. Saya bertanggung jawab secara pribadi lahir batin terkait transparansi dampak terkait vaksin ini,” katanya.
Baca juga: Uji klinis vaksin produk Sinovac di Indonesia masih aman
Baca juga: Kusnandi: Tidak ada hal mengkhawatirkan uji klinis fase 3 vaksin Sinovac
Baca juga: Uji klinis vaksin COVID-19 di Indonesia memasuki masa monitoring