Bandung (ANTARA) -
Pengamat kebijakan publik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Prof Cecep Darmawan kurang setuju dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung yang menggunakan istilah adaptasi kebiasaan baru (AKB) yang diperketat.
Pasalnya, kata dia, apabila seperti itu Pemkot Bandung sama dengan menganggap pada periode AKB sebelumnya aturan belum diterapkan secara ketat. Padahal, menurutnya dalam setiap kebijakan, pihak pemerintah perlu melakukan pengawasan secara ketat.
"Jadi gak betul istilah AKB yang diperketat, apakah selama ini tidak ketat? Jadi yang dimaksud apa, penegakan aturannya ya yang harus benar," kata Cecep saat dihubungi di Bandung, Kamis.
Dia sendiri menilai sejauh ini masyarakat sudah mulai abai terhadap protokol kesehatan COVID-19. Sehingga hal tersebut menurutnya diduga menjadi faktor meningkatnya kasus COVID-19 di Kota Bandung.
Menurutnya, masyarakat yang mulai abai juga disebabkan oleh penegakan hukum yang kurang maksimal. Namun apabila penegakan hukum yang sudah maksimal tidak berpengaruh terhadap penurunan kasus, maka menurutnya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) bisa menjadi solusi.
"Kalau setelah AKB itu dijalankan dengan baik tapi masih kecenderungan meningkat, berati PSBB jawabannya," katanya.
Selain itu, ia menyebut pengetesan masif seperti tes cepat dan tes usap jangan dijadikan sebagai alasan peningkatan kasus COVID-19.
Karena menurutnya pengetesan COVID-19 merupakan keniscayaan yang mesti dilakukan. Namun hal itu juga harus bersamaan dengan perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah.
"Jangan sampai jadi salah memahami ya, misalnya oh ini karena pengetesan banyak, berarti kalau gak dites gak ada penularan, ya salah," kata Cecep.
Berdasarkan data dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Bandung kini kasus positif baru kian meningkat seiring sejumlah sektor yang diperlonggar.
Tercatat pada 15 September 2020, jumlah kasus COVID-19 di Kota Bandung sudah mencapai angka 1.007 dengan jumlah kesembuhan sebanyak 722, dan 52 orang meninggal akibat COVID-19.
Baca juga: Angka kesembuhan COVID-19 di Kota Bandung meningkat
Baca juga: Epidemiolog: Angka reproduksi COVID-19 Kota Bandung perlu dievaluasi