Jakarta (ANTARA) - Dewan Pers Indonesia merasa kehilangan dengan meninggalnya tokoh pers, pendiri Kompas Gramedia sekaligus Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama.
"Tentu Kami dari Dewan Pers menyampaikan duka cita yang sangat mendalam. Beliau bukan hanya tokoh pers, tapi tokoh nasional," ujar Ketua Dewan Pers M Nuh di Jakarta, Rabu.
M Nuh menilai Jakob Oetama sebagai insan pers yang konsisten dan tetap independen dalam setiap karyanya. Terutama ketika pers bertransformasi ke era digital seiring perkembangan zaman.
Dalam pertemuan keduanya di tahun 2007, keduanya berhasil menemukan inovasi televisi digital di tahun 2007.
"Salah satu gagasan saat diskusi ketika saya di Menkominfo yaitu memanfaatkan digital dividen dari situlah ketemu yg namanya televisi digital," ujar M Nuh.
Selain itu, keduanya juga pernah fokus dalam kembangkan pendidikan yang memiliki landasan karakter khususnya di bidang digital. Lewat diskusi itu keduanya mencentuskan Universitas Multimedia Nusantara.
Sebab Jakob pernah berharap bonus demografi di Indonesia merupakan bonus demografi yang memiliki kecerdasan digitalisasi.
"Yang saya masih kepikir siapa penerusnya, yang sekelas beliau ini. Saya belum nemu, coba anda cari siapa yang kira-kira sekelas beliau pemikiranya, tidak memihak ke kiri atau kanan, beliau tetap konsisten sebagai pelopor media yang independen," ujar M Nuh.
Pendiri Kompas Gramedia sekaligus Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama tutup usia pada Rabu, 9 September 2020 pukul 13:05 WIB di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading Jakarta dalam usia 88 tahun.
Almarhum disemayamkan di Kantor Kompas Gramedia Palmerah Selatan dan akan dihantarkan menuju tempat peristirahatan terakhir di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada Kamis, 10 September 2020.
Baca juga: Obituari - Selamat jalan Jacob Oetama, maestro jurnalistik Indonesia
Baca juga: Parni Hadi: Jakob Oetama guru besar dan mata air keutamaan wartawan Indonesia
Baca juga: Tokoh wartawan Indonesia Jakob Oetama meninggal dunia