Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa berpeluang menguat namun diprediksi tertahan oleh sentimen adanya potensi resesi baik global maupun domestik.
Rupiah dibuka menguat 23 poin atau 0,15 persen menjadi Rp14.540 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.563 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa, mengatakan, pagi ini nilai tukar regional terlihat masih mencoba untuk menguat terhadap dolar AS.
"Kemungkinan karena pasar masih menanggapi positif kebijakan pelonggaran moneter Bank Sentral AS The Fed yang lebih lama dan mungkin lebih agresif," ujar Ariston.
Hal itu dikonfirmasi oleh Wakil Gubernur The Fed Richard Clarida semalam dalam suatu acara virtual yang diselenggarakan Oleh the Peterson Institue for International Economics.
Menurut Ariston, kebijakan pelonggaran moneter AS yang agresif bisa menekan dolar AS sekaligus memberikan sentimen positif ke aset berisiko.
"Tapi di sisi lain, potensi resesi dan penularan COVID-19 yang terus meningkat, bisa menahan penguatan tersebut," kata Ariston.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah berpotensi menguat di kisaran Rp14.450 per dolar AS hingga Rp14.650 per dolar AS.
Pada Senin (31/8) lalu, rupiah ditutup menguat 69 poin atau 0,47 persen menjadi Rp14.563 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.632 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Selasa pagi menguat 23 poin menjadi Rp14.540 per dolar AS
Baca juga: Kurs rupiah ditutup menguat seiring sinyal pelonggaran moneter The Fed
Baca juga: Kurs rupiah awal pekan menguat seiring turunnya permintaan valas