Chicago (ANTARA) - Polisi Chicago Ameriksa Serikat melakukan baku tembak dengan para penjarah dan 100 orang lebih ditangkap setelah kerumunan orang merangsek kawasan pertokoan mewah Senin tengah malam, menjarah toko-toko, menghancurkan jendela dan bentrok dengan petugas selama berjam-jam, kata polisi.
Komisaris Besar Polisi David Brown menyebut peristiwa itu "murni kejahatan" dan Mayor Lori Lightfoot berusaha menjauhkan kejadian itu dari "unjuk rasa yang benar" dalam merespons kematian George Floyd di tangan polisi Minneapolis pada 25 Mei.
"Ini bukan protes yang terorganisasi. Ini lebih merupakan peristiwa kejahatan murni," kata Brown kepada wartawan.
Sedikitnya 13 petugas polisi terluka dan satu pengawal keamanan dan satu warga sipil terkena tembakan, kata Brown.
Gambar-gambar sosial media memperlihatkan bagian depan toko-toko dihancurkan dan orang-orang keluar dari toko membawa barang-barang, yang sebagian besar dari aksi itu berlangsung di sepanjang Mivhigan Avenue, kawasan dagang kelas atas yang dikenal sebagai Magnificent Mile.
Orang-orang tertarik oleh sejumlah unggahan media sosial yang mendorong penjarahan di Chicago tengah setelah ketegangan yang meletup akibat penembakan polisi terhadap seorang pria bersenjata, kata Brown.
Saat polisi menginterogasi tersangka berusia 20 tahun, dia melarikan diri sambil menembak ke arah para petugas yang mengejar, kata Brown. Polisi membalas tembakan itu dan menembak pria itu, yang dilarikan ke rumah sakit dan diperkirakan masih hidup.
"Setelah penembakan itu, orang-orang berkerumun...Kemarahan meluap, dipicu oleh misinformasi ketika sore berganti malam," kata Brown.
Sebagai tanggapan atas unggahan media sosial, polisi mengirim 400 petugas ke kawasan itu, tempat mereka dipertemukan di dekat rombongan orang-orang yang datang membawa kendaraan, kata Brown.
Saat para petugas menangkap satu orang yang membawa mesin kas, beberapa tembakan dari kendaraan yang lewat dilepaskan ke arah para petugas dan polisi membalas tembakan itu, kata Brown.
Brown menjanjikan tindakan tegas polisi di Chicago tengah, dengan menugaskan para petugas untuk kerja "shift" 12 jam dan membatalkan jatah hari libur.
Baca juga: COVID-19 di AS catat 4,9 juta kasus dan 161.284 kematian
Baca juga: Alasan Indonesia tidak akan ikut-ikutan larang TikTok
Reuters