Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore ditutup melemah dipicu komentar Presiden The Fed Chicago yang menyatakan suku bunga acuan bank sentral berpeluang naik.
Rupiah ditutup melemah 30 poin atau 0,2 persen menjadi Rp14.815 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.785 per dolar AS.
"Dari eksternal, pelemahan rupiah dipengaruhi komentar dari Presiden The Federal Reserve Chicago Charles Evans yang mendorong dolar lebih tinggi, setelah ia mencapai nada hawkish dan mengatakan pelonggaran kuantitatif lebih lanjut mungkin tidak memberikan dorongan tambahan untuk ekonomi AS," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Rabu.
Evans juga mengisyaratkan bahwa mungkin saja The Fed menaikkan suku bunga sebelum inflasi mulai mencapai rata-rata 2 persen.
Selain itu, rilis data ekonomi AS yang menunjukkan bahwa penjualan rumah melonjak menjadi 6 juta pada Agustus, level tertinggi dalam hampir 14 tahun
Hal itu menempatkan data sentimen PMI AS pada September, yang akan dirilis Rabu waktu setempat, menjadi fokus yang kuat.
Sentimen lainnya yaitu munculnya kasus COVID-19 di Eropa dan AS yang mendorong investor ke arah greenback atau dolar, dengan Prancis, Spanyol, dan Inggris, semuanya berurusan dengan kebangkitan kasus tersebut.
Pada Selasa (22/9), Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan pembatasan lebih lanjut kemungkinan enam bulan untuk mencoba dan mengekang peningkatan pandemi di negara tersebut.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat di posisi Rp14.775 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.765 per dolar AS hingga Rp14.839 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.835 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.782 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Rabu menguat 10 poin
Baca juga: Rupiah tertekan pasca testimoni Gubernur The Fed yang mendorong dolar AS
Baca juga: Kurs rupiah ditutup melemah dipicu kekhawatiran belum pulihnya ekonomi