Bandung (ANTARA) - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat (Jabar) menyatakan siap merealisasikan keinginan Gubernur Jabar Ridwan Kamil yang ingin menjadikan Kawasan Wisata Pantai Pangandaran sebagai salah satu penyokong ekonomi Jabar bidang pariwisata pascapandemi COVID-19.
"Jadi keinginan Pak Gubernur Jabar mengenai Pangandaran diproyeksikan sebagai penyokong perekonomian di sektor pariwisata pasti akan kami dukung dengan maksimal," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, Dedi Taufik, ketika dihubungi melalui telepon, Senin.
Dedi mengatakan pihaknya terus melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah sekaligus pengusaha di sektor pariwisata termasuk di Pangandaran untuk memastikan pelaksanaan protokol kesehatan tetap dilakukan secara ketat.
“Saya selalu ingatkan bahwa sebelum ada vaksin Covid-19, protokol kesehatan dan peraturan ketat yang sudah disepakati harus terus dilakukan dengan serius,” kata dia.
Menurut dia penerapan protokol kesehatan yang ketat secara langsung akan membuat kepercayaan publik meningkat sehingga diharapkan, setelah pandemi usai seiring keberadaan vaksin, maka kawasan wisata, khususnya di Kabupaten Pangandaran tidak perlu lagi beradaptasi.
Kawasan Wisata Pantai Pangandaran memiliki ragam keindahan daya tarik wisata, tercatat sebanyak 232 jenis daya tarik wisata, 156 wisata alam, 54 wisata budaya dan 22 wisata buatan.
Kemudian ditambah dengan keunikan cagar budaya yang ada di Pantai Pangandaran sebanyak 110 cagar budaya.
Berdasarkan data sepanjang tahun 2019, Pantai Pangandaran menjadi salah satu tempat unggulan dengan kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 12.233 orang. Sedangkan wisatawan domestik berada di angka 3.215063 orang.
Tahun ini, angkanya kunjungan dari Januari hingga Juni 2020, wisatawan domestik yang datang ke Kabupaten Pangandaran sebanyak 927.879 orang, wisatawan mancanegara 487 orang.
“Pandemi COVID-19 yang terjadi memang berdampak signifikan. Tapi, setelah ada vaksin dan pandemi usai, kami yakin semuanya akan membaik. Makanya, kita harus jaga dengan baik, sebelum ada vaksin, penerapan protkol kesehatan harus dilakukan dengan ketat,” ujar Dedi.
Selain itu, lanjut Dedi, pihaknya terus melakukan berbagai kerjasama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, salah satunya merealisasikan gerakan BISA (Bersih, Sehat, Aman) di berbagai daerah.
Ia mengatakan hal ini merupakan strategi matching program, matching fund dan matching promotion untuk pemulihan kesehatan dan ekonomi dalam pentahelix pariwisata Indonesia.
Dalam tahap pemulihan ini, ada lima pilar yang digagas. yakni pilar kebudayaan yang membentuk nilai bersih dan sehat pada tatanan masyarakat berdasarkan kearifan lokal, pilar kelembagaan untuk mencetak SDM, Lembaga yang rentan terhadap krisis berdasarkan basis komunitas, pilar destinasi untuk peningkatan 3A (Aksesibilitas, Amenitas dan Atraksi).
Kemudian manajemen krisis kepariwisataan, pilar Industri untuk peningkatan daya saing industri dan ekosistem usaha pariwisata dan ekonomi kreatif, serta yang terakhir pilar pemasaran untuk penguatan citra dan diversifikasi produk pasar pariwisata.
“Gerakan BISA ini sebagai langkah awal untuk menginformasikan bahwa sektor wisata ini masih menjanjikan, sehingga pelaku wisata perlu membenahi destinasi wisatanya dalam menyambut Adaptasi Kebiasaan Baru,” ujar Dedi.
“Program BISA dilaksanakan dalam bentuk kegitan bersih-bersih di tempat wisata yang dilakukan oleh masyarakat pelaku usaha melalui skema padat karya,” kata dia.
Baca juga: Kemenparekraf gelar Gerakan BISA di destinasi wisata Curug Cinulang Bandung
Baca juga: Pengunjung tempat wisata di kawasan Puncak-Cipanas melonjak