Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan asumsi makroekonomi dalam Rancangan APBN 2021 akan tetap optimistis namun juga realistis mengingat ada kebutuhan belanja untuk program prioritas, dan juga dampak terhadap pelebaran defisit anggaran.
Presiden Jokowi dalam rapat terbatas secara daring dari Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa, mengatakan program prioritas dari APBN 2021 akan ditujukan untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan transformasi di berbagai sektor. Selain itu, belanja fiskal akan diarahkan untuk menstimulus program reformasi di bidang kesehatan, pangan, energi, pendidikan, dan juga digitalisasi.
“Angka-angka indikator ekonomi makro harus betul-betul dikalkulasi dengan cermat, hati-hati, harus optimistis, tapi juga realistis dengan mempertimbangkan proyeksi terkini, kita memastikan prioritas 2021 dan pelebaran defisit APBN 2021,” kata Presiden Jokowi dalam ratas mengenai Rancangan Postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2021.
Presiden Jokowi berharap pada 2021 ekonomi akan pulih dan terakselerasi untuk kembali tumbuh pada tren normal. Namun Presiden Jokowi mengatakan memang masih terdapat potensi ketidakpastian ekonomi global pada tahun depan.
Beberapa lembaga ekonomi dunia seperti Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), Bank Dunia, dan Organisasi Kerja Sama Pembangunan Ekonomi (OECD) memerkirakan ekonomi dunia akan kembali ke tren pertumbuhan pada 2021 setelah di 2020 akan terkontraksi ke level minus.
“IMF memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh 5,4 persen. Ini perkiraan yang sangat tinggi, menurut saya. Bank Dunia 4,2 persen, OECD 2,8 hingga 5,2 persen. Saya kira kalau perkiraan ini betul, kita berada dalam posisi ekonomi yang mestinya juga di atas pertumbuhan ekonomi dunia,” ujar Presiden Jokowi.
Baca juga: Presiden Jokowi ingatkan jajarannya tidak lupakan agenda besar strategis
Baca juga: Presiden minta Komite COVID-19 beri perhatian prioritas delapan provinsi
Baca juga: Serapan anggaran COVID-19 belum optimal, baru 19 persen