Bandung (ANTARA) - Pemerintah Kota Bandung menyatakan tetap mengantisipasi adanya gelombang kedua kasus COVID-19 meski grafik kenaikan kasus dan kasus positif kumulatif hingga saat ini melandai.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung, Emas Sumarna mengatakan pihaknya terus melakukan surveilans terhadap orang-orang yang dinilai berisiko tinggi terpapar virus tersebut.
"Untuk antisipasi gelombang kedua, bahwa yang namanya surveilans itu tidak akan berhenti. Penanganan COVID-19 terus berlangsung, artinya pelacakan akan terus kita lakukan," kata Ema di Balai Kota Bandung, Selasa.
Sebelumnya pada saat fase pembatasan sosial berskala besar (PSBB) proporsional pertama sejak 29 Mei hingga 12 Juni 2020, kenaikan kasus positif baru di Kota Bandung cukup melonjak.
Berdasarkan data Pusat Informasi COVID-19 (Pusicov) Kota Bandung, pada 29 Mei 2020 ada sebanyak 304 kasus positif kumulatif. Lalu hingga 12 Juni 2020 terjadi penambahan 79 kasus menjadi 383 kasus.
Namun sejak PSBB proporsional kedua sejak 13 Juni 2020 hingga kini, grafik kasus positif kumulatif melandai. Sejak saat itu, hanya terjadi penambahan satu kasus positif COVID-19.
Selain itu, kata Ema, jumlah kasus positif aktif semakin menurun sejak 13 Juni 2020. Pada saat itu, ada 138 pasien positif aktif yang masih dirawat, namun hingga kini turun menjadi 103 pasien positif aktif.
"Sejak PSBB proporsional kedua, sekarang tanggal 22 Juni 2020 jumlahnya 103 (positif aktif), kan luar biasa turunnya," kata dia.
Menurut dia catatan penurunan kasus aktif itu juga didukung oleh menurunnya petugas medis yang bertugas menangani pasien COVID-19.
"Petugas sudah banyak yang tidak menangani pasien COVID-19, kemudian juga tempat tidur di rumah sakit rujukan semakin berkurang yang dipakai oleh pasien. Ini kan saling menguatkan data ini, jadi tidak ada yang saling kontradiksi," katanya.
Baca juga: Pemkot Bandung beri relaksasi bertahap cegah gelombang kedua penyebaran COVID-19
Baca juga: Gugus Tugas COVID-19 Jabar antisipasi gelombang kedua pandemi corona
Baca juga: Presiden Jokowi ingatkan jangan sampai terjadi gelombang kedua COVID-19