Bandung (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menargetkan Indonesia tidak lagi mengimpor Polymerase Chain Reaction (PCR) kit atau alat pengetesan spesimen secara usap.
"Kalau bisa diusahakan dalam waktu yang tidak lama, nanti 100 persen sudah tertutup oleh produksi dalam negeri sendiri, sehingga tidak tergantung impor, syukur-syukur nanti kita ekspor," kata dia di Bandung, Sabtu.
Saat ini, kata dia, perusahaan di bawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Biofarma, mampu membuat PCR kit sebanyak 50.000 per pekan.
Ia berharap Indonesia tidak perlu lagi mengimpor barang tersebut dan justru harus bisa mengekspor.
Di kawasan PT Biofarma, kata dia, ada gedung milik Kementerian Kesehatan yang bakal dialihfungsikan untuk tambahan tempat produksi PCR kit sehingga target produksi dua juta PCR kit dalam satu bulan bisa terpenuhi.
Baca juga: Menko PMK dan Menkes tinjau kesiapan layanan RSHS Bandung hadapi masa normal baru
"Tadi Pak Menteri Kesehatan sudah menginstruksikan dan menyarankan supaya untuk dalam waktu dekat ini kebutuhan PCR kit sudah bisa dicukupi dari dalam negeri, dari Biofarma sendiri," kata dia.
Menteri Muhadjir juga meminta PT Biofarma mempercepat pembuatan vaksin COVID-19.
Saat ini, kata dia, proses pembuatan vaksin COVID-19 bekerja sama dengan industri dari Tiongkok.
Direktur Utama PT Biofarma Honesti Basyir menyampaikan pihaknya tengah merencanakan untuk melakukan uji klinis penelitian vaksin COVID-19 pada Juli 2020.
"Rencananya bulan Juli ini kita uji klinis, lalu tahun depan (targetnya, red.) kita produksi," kata dia.
Baca juga: Menko PMK: Jangan sampai pasar di Indonesia seperti kejadian di Beijing