Bandung (ANTARA) - Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (IKA UPI) Enggartiasto Lukita mengatakan Pandemi COVID-19 semakin mempercepat Revolusi Industri 4.0, terutama dalam hal digitalisasi berbagai aspek kehidupan, dari mulai sistem pendidikan, perekonomian, sampai ketenagakerjaan di Indonesia.
"Sehingga kondisi ini pun harus diantisipasi sekaligus dimanfaatkan secara cermat oleh berbagai elemen masyarakat, terutama akademisi, dunia usaha, dan pemerintah, untuk menghindari dampak buruk pandemi sekaligus tetap memajukan berbagai bidang pembangunan," kata Enggartiasto Lukita dalam webinar bertajuk "Pendidikan Tinggi dan Iptek: Membangun Kemandirian dan Daya Saing Bangsa" yang diselenggarakan oleh Pengurus Pusat IKA UPI, Sabtu.
Menurut Enggar, semua negara di dunia, saat ini sedang berupaya mengatasi wabah ini di masing-masing negaranya dan juga sedang berupaya mempertahankan keberlangsungan berbagai sektor kehidupan, dari mulai pendidikan sampai perekonomian.
"Jadi di suatu kondisi, bagaimana kita awalnya menghadapi Revolusi Industri 4.0. Kemudian tanpa kita rencanakan, kita melakukan percepatan digitalisasi di semua aspek kehidupan sekarang ini," kata Enggar.
Mantan Menteri Perdagangan ini mencontohkan dalam dunia pendidikan, dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi, semuanya mau atau tidak mau menjalani kegiatan belajar mengajar atau kuliah melalui media digital, dari mulai televisi sampai internet.
"Meskipun catatannya, kita dari sisi keterjangkauan itu belum seluruhnya bisa menjangkau ke seluruh bagian dari negara. Tetapi ini kita sudah mulai, bahkan sampai dengan belanja, perdagangan, dan berbagai hal lainnya melalui digital," katanya.
Dirinya tidak hanya berbicara mengenai peran teknologi semata yang mengalami percepatan penerapannya di Indonesia, namun juga terhadap mindset teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali dan memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan taraf hidup manusia dalam rangka menuju kemandirian bangsa.
"Pada masa pandemi COVID-19 ini, berbagai komponen bangsa harus lebih cerdik melihat peluang yang bisa didapatkan, minimal apa yang dilakukan sebagai antisipasi menghadapi pandemi ini menggunakan teknologi," kata dia.
Baca juga: Ketua IKA UPI: Indonesia butuh kurikulum di masa pandemi
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof Nizam mengatakan di tengah tekanan pandemi COVID-19 ini, tanpa terpikirkan sebelumnya, bangsa Indonesia ternyata bisa berinovasi dan menciptakan berbagai alat kesehatan untuk mengatasi wabah COVID-19.
Nizam mencontohkan di Jawa Barat, sejumlah perguruan tinggi berperan besar dalam menciptakan alat tes COVID-19 yang sama kualitasnya atau bahkan lebih baik dibandingkan dengan produk impor dan produksi alat pelindung diri sampai ventilator yang biasanya diimpor dengan harga mahal.
Sementara di bidang inovasi, lanjut dia, Indonesia mampu membuat robot disinfektan sampai peralatan lainnya yang ternyata kian dilirik negara lain dan akademisi pun kemudian berkolaborasi dengan dunia perusahaan untuk memproduksinya.
"Kami kawal bersama dengan teman-teman di industri. Ini salah satu perkawinan yang luar biasa sekali yang dipicu oleh virus corona ini. Sampai kita sendiri bertanya, kok bisa kita membuat hal kreativitas seperti itu," kata Nizam.
Contoh inovasi lainnya saat pandemi COVID-19 ialah alat rapid test hasil karya akademisi dalam negeri sudah diproduksi sampai 100 ribu unit dan mulai dipakai oleh rumah sakit umum dan rumah sakit kampus untuk mengatasi COVID-19.
"Hal ini adalah sesuatu yang terjadi, dipaksa oleh keadaan, oleh kondisi sekarang. Ini bisa menunjukkan bahwa teknologi Merah Putih bisa kita andalkan. Ke depan harus bisa lebih kita majukan ke industri, dengan mata airnya adalah perguruan tinggi," kata dia.
Baca juga: IKA UPI desak pemerintah tertibkan LPTK bodong
Baca juga: Ketum IKA UPI dorong tunjangan khusus bagi guru daerah sangat terpencil