Jakarta (ANTARA) - Peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN Rhorom Proyatikanto mengatakan bahwa banjir rob di utara Jawa tidak terjadi akibat gerhana bulan penumbra pada Sabtu dari pukul 00.45.56 WIB sampai dengan 04.04.08 WIB.
"Gerhana terjadi pada saat purnama. Kebetulan kemarin-kemarin bulan sedang dekat dengan bumi juga... Maka dari itu, pasang surut pasti lebih tinggi dari rata-rata terjadi dalam beberapa hari terakhir," kata Rhorom saat dihubungi dari Bekasi, Jawa Barat, Sabtu.
"Kalau pun tidak ada gerhana, pasang surut akan setinggi itu. Gerhana hanya fenomena tambahan ketika matahari, bumi, dan bulan hampir segaris," katanya, menjelaskan pasang surut akibat gaya tarik bulan saat purnama.
Gerhana bulan penumbra terjadi saat bayangan bumi yang mengenai bulan bukan bayangan inti bumi yang bisa menjadikan kenampakan bulan menjadi berkurang, melainkan bayangan semu yang hanya akan menjadikan sinar bulan agak redup.
Awal Gerhana bulan penumbra (P1) di seluruh Indonesia terjadi pada pukul 00.45.56 WIB. Pertengahan gerhana bulan penumbra terjadi pukul 02.25.02 WIB dan akhir gerhana bulan penumbra (P4) terjadi pukul 04.04.08 WIB.
Fase-fase gerhana berdurasi sama untuk seluruh Indonesia, selama tiga jam 18 menit 12 detik dengan magnitudo gerhana 57 persen. Hanya saja, Papua tidak bisa melihat fase akhir gerhana karena saat yang bersamaan matahari terbit.
Baca juga: Waspadai gelombang tinggi dan banjir rob di perairan utara Pulau Jawa
Baca juga: Ribuan rumah di Indramayu tergenangi banjir rob
Peneliti LAPAN: Banjir rob di utara Jawa bukan akibat gerhana bulan
Sabtu, 6 Juni 2020 13:50 WIB