Jakarta (ANTARA) - Kepala Lembaga Biologi Molekuler EIjkman Prof Amin Soebandrio mengatakan konsentrasi virus menjadi lebih tinggi di ruangan tertutup sehingga seseorang yang mengisolasi diri di ruang yang terlalu tertutup justru memiliki risiko yang lebih tinggi terinfeksi virus corona.
"Memang ada banyak faktor seperti ruangan yang tertutup dan pendingin udara yang menyebabkan kelembapan udara menjadi lebih rendah," kata Amin saat dihubungi di Jakarta, Minggu.
Amin mengatakan yang paling penting saat seseorang ingin melakukan isolasi mandiri untuk mencegah penularan virus corona penyebab COVID-19 adalah mencegah kontak fisik dengan orang lain.
Baca juga: Seorang warga Garut positif COVID-19 jalani isolasi mandiri di rumah
Selain itu, sirkulasi udara di dalam rumah juga harus tetap terjaga untuk mencegah konsentrasi virus menjadi terlalu tinggi karena rumah menjadi ruangan yang terlalu tertutup.
"Meskipun mengisolasi diri di rumah, tetapi tetap melakukan kontak dengan istri dan anak yang tetap keluar rumah, ya sama saja," tuturnya.
Idealnya, orang yang diisolasi sebisa mungkin tinggal di kamar yang tersendiri dan tidak melakukan kontak langsung dengan anggota keluarga lainnya agar virus tidak mengena ke orang lain.
Baca juga: Telkom University ciptakan robot sterilisasi ruang isolasi corona
Sementara itu, orang-orang yang memang terpaksa harus keluar rumah disarankan memakai masker. Amin mengatakan Organisasi Kesehatan Dunia sudah menyarankan penggunaan masker kain tiga lapis untuk mencegah penularan COVID-19.
"Namun, penggunaan masker tidak menegasikan pembatasan kontak. Jarak antara orang satu dengan orang lain tetap harus dijaga," katanya.
Baca juga: Bupati Garut siapkan ruang isolasi bagi keluarga terduga COVID-19