Bandung (ANTARA) - Aset PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk atau Bank BJB memasuki triwulan III Tahun 2019 mencapai Rp123,6 triliun atau meningkat sebesar 8,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu (year-on-year/y-o-y).
"Pencapaian ini menunjukkan kondisi internal perusahaan yang sehat dan bersaing," kata Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi, dalam siaran persnya, Kamis.
Di sektor kredit Pada Triwulan III 2019 tumbuh 9,8 persen y-o-y dengan nilai total Rp81,5 triliun.
Yuddy mengatakan catatan ini lebih baik dibandingkan posisi triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,2 persen y-o-y.
"Jumlah pertumbuhan total kredit ini berada di atas rata-rata pertumbuhan industri perbankan nasional sebesar 8,68 persrn per Agustus 2019," katanya.
Capaian positif, kata dia, juga tercermin pada pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 10 persen y-o-y, lebih baik jika dibandingkan posisi triwulan sebelumnya sebesar 7,4 persen y-o-y.
Posisi DPK Bank BJB pada Triwulan III tahun 2019 ini mencapai Rp98,4 triliun dan pertumbuhan DPK ini didorong dari pertumbuhan dana murah yaitu giro sebesar 10,9 persen y-o-y dan tabungan sebesar 6,9 persen y-o-y.
Dia mengatakan pertumbuhan DPK ini berada di atas rata-rata pertumbuhan industri perbankan nasional sebesar 7,62 persen per Agustus 2019
"Fokus kami dalam peningkatan fee based income terlihat dari perolehan perseroan secara kuartalan di kuartal ketiga ini sebesar Rp249 miliar, lebih tinggi 13.70 persen dibandingkan perolehan fee based income secara kuartalan di kuartal sebelumnya, pertumbuhan ini merupakan tertinggi sepanjang 2019," katanya.
Pre Provisioning Operating Profit (PPOP) pada kuartal ketiga ini pun kembali tumbuh di mana PPOP secara kuartalan tumbuh Rp613 miliar, dibandingkan pertumbuhan pada kuartal kedua sebesar Rp580 miliar.
Dia mengatakam didorong dengan program efisiensi yang menekan biaya operasional sehingga dapat turun -1.3 persen dibandingkan dengan biaya operasional tahun lalu, laba bersih bank bjb mencapai Rp1,1 trilliun pada triwulan ketiga 2019 ini.
Yuddy mengatakan tren pertumbuhan yang dicatatkan bank bjb ini tidak bisa dilepaskan dari strategi ekspansi yang sesuai dengan visi perseroan dalam menghasilkan pertumbuhan berkualitas dan berkelanjutan.
Kurva pertumbuhan berkualitas dan berkelanjutan ini tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) bank bjb di mana rasio NPL dapat dijaga pada level 1,75 persen atau lebih baik dibanding rasio NPL industri perbankan sebesar 2,60 persen.
"Pertumbuhan yang diperoleh bank bjb kami jaga agar selalu berkualitas. Di sisi lain, kami juga mempertahankan kualitas pelayanan agar tetap prima sembari terus melakukan perbaikan-perbaikan dari segi infrastruktur teknologi maupun pelayanan guna merespons perkembangan zaman dan kebutuhan nasabah," kata Yuddy dalam Analyst Meeting bank bjb Triwulan III 2019 di Jakarta, kemarin.
Yuddy menuturkan berbagai terobosan juga terus dilakukan perseroan, khususnya dalam memberikan pengalaman yang lebih mudah dan cepat dalam bertransaksi.
Perbaikan fasilitas pada layanan bjb Digi terus dilakukan dan Bank BJB senantiasa mendorong agar pemerintah daerah mewujudkan gagasan konsep smart city melalui berbagai kerja sama elektronifikasi layanan pengelolaan keuangan daerah, antara lain perluasan penggunaan aplikasi SP2D Online dan pengembangan layanan penerimaan bagi pemerintah daerah seperti pajak, retribusi dan lain-lain.
Selain itu momentum penurunan suku bunga acuan yang dilakukan oleh Bank Indonesia saat ini juga mencerminkan prakiraan inflasi yang terkendali serta kondisi likuiditas yang melonggar, sehingga akan membantu perbankan dalam penghematan biaya dana.
"Berbagai peningkatan kualitas layanan bank bjb kami harapkan dapat memberikan pengalaman bagi nasabah dan mitra yang kemudian akan mendorong pertumbuhan bisnis. Peningkatan layanan diharapkan menjadi fondasi bank bjb untuk mencapai visi menjadi 10 bank terbesar dan berkinerja baik di Indonesia," ujar Yuddy.