Kemkes dorong centre of excellence bioteknologi di Bio Farma
Sabtu, 27 Juli 2019 18:48 WIB
Bandung (ANTARA) - Kementerian Kesehatan terus mendorong laboratorium Center of Excellence (CoE) Organisasi Kerjasama Islam (OKI) Bio Farma yang bisa digunakan sebagai sarana sharing knowledge antara negara–negara Islam untuk penelitian vaksin dan bioteknologi.
Menteri Kesehatan Nilla F Moeloek, Sabtu, di Bandumg, mengatakan Bagi Indonesia, penunjukan sebagai Center of Excellence bidang bioteknologi, merupakan kesempatan yang luar bisa yang bisa kita ambil, karena ini merupakan pengakuan dari negara–negara Islam diseluruh dunia
“Manfaat yang dapat kita ambil adalah pengakuan bagi Bio Farma, sebagai produsen vaksin di negara–negara Islam, dan bagi negara Islam lainnya, bisa mendapatkan pembelajaran dari Bio Farma untuk pembuatan vaksin secara mandiri serta perluasan pangsa pasar untuk negara–negara Islam lainnya” ujar Nilla seusai melakukan kunjungan kerja ke Bio Farma.
Ia mengatakan penunjukan Indonesia pada tahun 2017 sebagai leading sector untuk pembuatan vaksin diantara negara-negara yang tegabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI), merupakan suatu kehormatan bagi Indonesia.
Terlebih secara persayaratan, Indonesia sudah memiliki Bio Farma sebagai produsen vaksin yang produknya sudah digunakan di lebih 140 negara, yang sudah memenuhi persyaratan dari sisi kesiapan industrinya maupun secara kelengkapan laboratorium.
Sementara itu, Direktur Utama Bio Farma, M. Rahman Roestan menambahkan, penunjukan Indonesia sebagai Center of Excellence untuk vaksin dan bioteknologi, yang saat ini, Sekretariat CoE ada di Kemkes, dan Bio Farma salah satu labnya.
“Kedepannya kami berharap, akan ada laboratorium lainnya yag akan berabung baik yang ada di Indonesia, maupun di negara OKI lainnya, untuk bergabung dan mendapatkan vaksin atau produk lain untuk kesehatan untuk negara islam, sehingga 'merah putih' bisa berkibar di kancah global”, ujar Rahman.
Rahman menambahkan dari Kementerian Kesehatan RI sudah ada inisiasi untuk mengundang negara anggota OKI pada bulan Oktober 2019 mendatang, untuk ikut serta dalam kegiatan workshop mengenai penanganan vaksin/cold chain management system dan saat ini belum semua negara paham prosedur mengenai pengiriman vaksin.
Menteri Kesehatan Nilla F Moeloek, Sabtu, di Bandumg, mengatakan Bagi Indonesia, penunjukan sebagai Center of Excellence bidang bioteknologi, merupakan kesempatan yang luar bisa yang bisa kita ambil, karena ini merupakan pengakuan dari negara–negara Islam diseluruh dunia
“Manfaat yang dapat kita ambil adalah pengakuan bagi Bio Farma, sebagai produsen vaksin di negara–negara Islam, dan bagi negara Islam lainnya, bisa mendapatkan pembelajaran dari Bio Farma untuk pembuatan vaksin secara mandiri serta perluasan pangsa pasar untuk negara–negara Islam lainnya” ujar Nilla seusai melakukan kunjungan kerja ke Bio Farma.
Ia mengatakan penunjukan Indonesia pada tahun 2017 sebagai leading sector untuk pembuatan vaksin diantara negara-negara yang tegabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI), merupakan suatu kehormatan bagi Indonesia.
Terlebih secara persayaratan, Indonesia sudah memiliki Bio Farma sebagai produsen vaksin yang produknya sudah digunakan di lebih 140 negara, yang sudah memenuhi persyaratan dari sisi kesiapan industrinya maupun secara kelengkapan laboratorium.
Sementara itu, Direktur Utama Bio Farma, M. Rahman Roestan menambahkan, penunjukan Indonesia sebagai Center of Excellence untuk vaksin dan bioteknologi, yang saat ini, Sekretariat CoE ada di Kemkes, dan Bio Farma salah satu labnya.
“Kedepannya kami berharap, akan ada laboratorium lainnya yag akan berabung baik yang ada di Indonesia, maupun di negara OKI lainnya, untuk bergabung dan mendapatkan vaksin atau produk lain untuk kesehatan untuk negara islam, sehingga 'merah putih' bisa berkibar di kancah global”, ujar Rahman.
Rahman menambahkan dari Kementerian Kesehatan RI sudah ada inisiasi untuk mengundang negara anggota OKI pada bulan Oktober 2019 mendatang, untuk ikut serta dalam kegiatan workshop mengenai penanganan vaksin/cold chain management system dan saat ini belum semua negara paham prosedur mengenai pengiriman vaksin.