Yogyakarta (ANTARA) - Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) PP Muhammadiyah bekerja sama dengan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang menggagas pembuatan film semidokumenter "Jejak Langkah 2 Ulama" yang menceritakan perjalanan Kiai Ahmad Dahlan dan Kiai Hasyim Asy'ari.
Ketua LSBO PP Muhammadiyah Sukriyanto AR saat Konferensi Pers di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Rabu, mengatakan gagasan menghadirkan film tentang kisah dua ulama besar itu untuk menjawab keresahan dengan banyaknya kekerasan, bom, caci maki, dan terorisme di Indonesia yang kerap mengatasnamakan Islam.
"Padahal kedua ulama ini telah mengajarkan kepada kita untuk berdakwah dengan cara yang menyejukkan, menyegarkan, damai, dan penuh toleransi," kata Syukri.
Menurut dia, dengan mendirikan dua organisasi yang besar yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU), kedua ulama itu berhasil menanamkan ajaran Islam yang damai, teduh, toleran, mencerahkan, dinamis, membangun dan mempersatukan bangsa di Indonesia.
Selain itu, lanjut Syukri, kehadiran film yang akan mulai digarap pada Agustus dan ditarget tayang pada September 2019 itu juga memiliki misi untuk memperlihatkan kedekatan hubungan NU dan Muhammadiyah.
Kiai Ahmad Dahlan dan Kiai Hasyim Asy'ari, kata Syukri, sama-sama pernah mengaji pada guru yang sama yakni KH Saleh Darat, Semarang, sama-sama pernah belajar kepada KH Cholil Bangkalan dan juga kepada beberapa ulama di Makkah yaitu Syeh Ahmad Khatib Al Minagkabauwy, Syeh Al Bantany, Kyai Dimyati asal Tremas.
Karena memiliki misi untuk mengedukasi masyarakat luas, menurut dia, penayangan film itu tak dilakukan melalui bioskop, melainkan dengan menandatangani masyarakat dengan konsep "layar tancap" dengan kualitas telah diperbarui. "Karena yang ingin kita edukasi bukan hanya orang-orang kota, tetapi juga masyarakat pinggiran yang tidak bisa mengakses bioskop," kata dia.
Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengapresiasi gagasan pembuatan film itu. Menurut dia, saat ini banyak yang hanya menempatkan Kiai Ahmad Dahlan dan Kiai Hasyim Asy'ari sebagai tokoh primordial, namun tidak tahu sejarah keduanya serta kedekatan hubungan keduanya dalam membangun bangsa.
Menurut Haedar, kedua ulama ini tidak pernah saling merendahkan, sebaliknya saling menghormati ketika memiliki perbedaan pandangan. Keduanya juga memiliki misi yang sama untuk membangun karakter bangsa.
"Selain menanamkan nilai Islam yang moderat, Islam yang damai, tapi juga membawa pembaruan untuk kemajuan bangsa. Ini perlu menjadi 'role model' generasi baru," kata Haedar.
Sementara itu, Pengasuh Ponpes Tebuireng Solahuddin Wahid mengatakan dengan memperkenalkan kedua tokoh melalui film, masyarakat bisa lebih mudah mengetahui lebih dalam dan lebih dekat dengan keteladanan mereka.
"Kedua tokoh ini adalah dua diantara empat raksasa umat Islam pada zaman itu," kata kiai yang akrab disapa Gus Sholah ini.
Menurut Gus Sholah, keempat tokoh yang dimaksud selain Kiai Ahmad Dahlan, dan Kiai Hasyim Asy'ari juga ada Umar Said Cokroaminoto dan Agus Salim.
"Dengan kerja sama ini saya pikir kita bisa bersama-sama menyampaikan kepada masyarakat bagaimana perjuangan para tokoh ini," kata dia.
Sutradara Film, Sigit Ariansyah mengatakan pemeran Kiai Hasyim Asy'ari maupun Kiai Ahmad Dahlan tak melibatkan artis-artis papan atas dan diprioritaskan dari kader NU dan Muhammadiyah. "Seperti untuk pemeran Kiai Hasyim saya wajibkan memiliki keahlian membaca kitab kuning dan fasih melafalkan bahasa Arab," kata dia.
Untuk pemeran Kiai Hasyim Asy'ari saat dewasa akan diperankan oleh Gus Reza yang merupakan cucu dari Kiai Hasyim atau sepupu dari Gus Solah. Sedangkan untuk pemeran Kiai Ahmad Dahlan, hingga saat ini masih dalam proses casting. "Sekarang yang belum menemukan adalah pemeran Kiai Ahmad Dahlan dan Kiai Hasyim Asy'ari kecil," kata Sigit.
Baca juga: Resensi Film - Parasite: Komedi satire kehidupan sosial masyarakat Korea
Baca juga: Kisah legenda pebulutangkis Susi Susanti diangkat ke layar lebar
Baca juga: Film "The Exocat" kisahkan mantan juara tinju dunia Ellyas Pical