Bandung (ANTARA) - Direktur Riset dan Pengembangan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Wawan Rusiawan mengatakan saat ini geliat ekonomi kreatif di kawasan Bandung Raya masih lemah, lantaran dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, peran akademisi, hingga pelaku ekonomi itu sendiri yang belum optimal.
Menurutnya keharmonisan antara pelaku ekonomi kreatif dan pemerintah adalah kunci terpenting dalam memajukan ekonomi kreatif di sebuah kabupaten/kota.
"Biasanya, kota kreatif itu dicitrakan dengan eratnya hubungan antara pemerintah kota/kabupaten dengan komunitas, dengan asosiasi, atau pelaku ekraf (ekonomi kreatif) itu sendiri," kata Wawan, di Bandung, Kamis.
Pemerintah, kata dia, memiliki segala instrumen yang menjadi penopang inti berkembangnya ekonomi kreatif di sebuah kabupaten atau kota. Misalnya, instrumen dalam fasilitas alur pemasaran hingga perumusan anggaran.
Selain itu, pemerintah sebagai pemangku kebiijakan, mestinya kooperatif terhadap apa yang jadi keinginan masyarakat dalam memajukan ekonomi kreatif yang saat ini makin menggeliat.
Bagi beberapa kota besar seperti Kota Bandung, menurutnya peran pemerintah dapat sedikit ringan dalam memajukan ekraf. Pasalnya, kata dia, masyarakat Bandung khususnya generasi milenial dipandang sudah memiliki strategi sendiri bagaimana memajukan ekonomi kreatif yang mereka geluti.
Sementara itu dari sisi peran akademisi, Wawan menyoroti belum adanya kampus atau institusi pendikan di wilayah sekitar Kota Bandung yang secara teknis menggelar pendidikan dibidang ekonomi kreatif.
"Kampus semacam itu kan sangat berpengaruh pada industri ekraf, baik itu bidang animasi seperti yang di lakukan Unikom atau juga bidang ekraf lainya," kata Wawan.
Dengan demikian, ia berharap pemerintah sebagai pemangku kebiijakan dapat kooperatif terhadap apa yang jadi keinginan pelaku usaha ekonomi kreatif dalam memajukan ekonomi kreatif yang saat ini makin menggeliat.
Baca juga: Bekraf segera pilih empat kota/kabupaten kreatif di Indonesia
Baca juga: Tahun ini, Jabar bentuk Badan Ekonomi Kreatif Daerah