Cianjur (Antaranewes Jabar) - BPBD Cianjur, Jawa Barat, memastikan suara dentuman misterius di wilayah perairan selatan sudah tidak lagi terdengar, meskipun hingga saat ini belum ada kepastian sumber suara tersebut.
"Diperkirakan dentuman merupakan fenomena alam yang tidak ada kaitannya dengan terjadinya sejumlah bencana alam, termasuk dengan Gunung Anak Krakatau yang aktif," kata Sekretaris BPBD Cianjur Sugeng Supriyatno pada wartawan Minggu.
Ia menjelaskan, cukup sulit menemukan sumber suara dentuman yang sempat menghebohkan selama beberapa hari terakhir. BMKG Kota Bandung pun tidak mendeteksi gejala alam seperti gempa yang cukup banyak dicurigai menjadi sumber suara.
Meskipun belum dapat dipastikan sumber suara tersebut, pihaknya memastikan dentuman yang terjadi sejak 23 Desember itu, tidak berpotensi bencana dan tidak terkiat dengan tsunami yang akan melanda sejumlah wilayah di selatan.
"Ini tidak ada kaitan dengan dampak erupsi Gunung Anak Krakatau dengan apa yang terjadi di Cianjur selatan. Meskipun potensi tsunami di Cianjur tetap ada karena ada sesar Lembang dan Cimandiri makanya selatan berpotensi,” katanya.
Hingga siang, tambah dia, kondisi perairan di wilayah selatan masih aman dari potensi tersebut, namun warga harus tetap waspada dengan fenomena gelombang tinggi, banjir rob dan terjadinya angin barat pada Desember hingga Februari.
"Warga harus terus peka terhadap kondisi alam selama cuaca tidak bersahabat. Potensi bencana selalu ada dimanapun, kami selalu siap, siaga dan waspada,” katanya.
Seperti diberitakan hingga saat ini arga selatan meyakini hal tersebut sebagai fenomena alam karena faktor cuaca, sebagai penduduk asli yang sudah tinggal sejak turun temurun fenomena tersebut, sering terjadi ketika kondisi cuaca buruk.
Warga menduga dentuman keras tersebut berasal dari petir yang terjadi selama musim hujan di tengah samudera. Terutama petir di tengah laut yang membuat suara menjadi sangat menggelegar.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
"Diperkirakan dentuman merupakan fenomena alam yang tidak ada kaitannya dengan terjadinya sejumlah bencana alam, termasuk dengan Gunung Anak Krakatau yang aktif," kata Sekretaris BPBD Cianjur Sugeng Supriyatno pada wartawan Minggu.
Ia menjelaskan, cukup sulit menemukan sumber suara dentuman yang sempat menghebohkan selama beberapa hari terakhir. BMKG Kota Bandung pun tidak mendeteksi gejala alam seperti gempa yang cukup banyak dicurigai menjadi sumber suara.
Meskipun belum dapat dipastikan sumber suara tersebut, pihaknya memastikan dentuman yang terjadi sejak 23 Desember itu, tidak berpotensi bencana dan tidak terkiat dengan tsunami yang akan melanda sejumlah wilayah di selatan.
"Ini tidak ada kaitan dengan dampak erupsi Gunung Anak Krakatau dengan apa yang terjadi di Cianjur selatan. Meskipun potensi tsunami di Cianjur tetap ada karena ada sesar Lembang dan Cimandiri makanya selatan berpotensi,” katanya.
Hingga siang, tambah dia, kondisi perairan di wilayah selatan masih aman dari potensi tersebut, namun warga harus tetap waspada dengan fenomena gelombang tinggi, banjir rob dan terjadinya angin barat pada Desember hingga Februari.
"Warga harus terus peka terhadap kondisi alam selama cuaca tidak bersahabat. Potensi bencana selalu ada dimanapun, kami selalu siap, siaga dan waspada,” katanya.
Seperti diberitakan hingga saat ini arga selatan meyakini hal tersebut sebagai fenomena alam karena faktor cuaca, sebagai penduduk asli yang sudah tinggal sejak turun temurun fenomena tersebut, sering terjadi ketika kondisi cuaca buruk.
Warga menduga dentuman keras tersebut berasal dari petir yang terjadi selama musim hujan di tengah samudera. Terutama petir di tengah laut yang membuat suara menjadi sangat menggelegar.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018