Cianjur (Antaranews Jabar)- Dinas Kesehatan (Dinkes) Cianjur, Jawa Barat, menggenjot kesadaran kesehatan kaum remaja khususnya pelajar yang cenderung tidak menjaga pola hidup, sehingga berisiko terkena penyakit berbahaya.
Kepala Dinkes Cianjur, Tresna Gumilar, di Cianjur Selasa, mengatakan khusus remaja perempuan dan kaum ibu, akan diberi pil Fe atau zat besi untuk mencegah anemia akibat mestruasi atau pasca melainkan.
"Pada saat menstruasi remaja putri dan kaum ibu rentan mengalami anemia dan penyakit lain. Masih banyak yang belum sadar mengkonsumsi Fe, makanya kami mengajak mereka untuk rutin mengonsumsi Fe sesudah mens atau melahirkan," katanya.
Dia mengatakan, kaum remaja putri dinilai penting untuk memeriksakan kondisi mulut rahimnya karena pola hidup yang tidak sehat akan meningkatkan risiko kanker serviks.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kasus kanker serviks masih tinggi di Cianjur salah satunya ketidaktahuan dan banyak yang tidak sadar ketika terkena kanker.
"Terutama pada stadium awal, tidak ada gejala secara kasat jika seseorang terkena kanker. Ketika sudah stadium lanjut baru mereka sadar sudah terkena kanker serviks?seperti sakit pinggang, anemia dan pendarahan pada kelamin," katanya.
Pihaknya secara rutin menyosialisasikan dan mengimbau semua perempuan untuk?melakukan pemeriksaan dini melalui IVA tes, layanannya sudah bisa dilakukan di setiap Puskesmas.
"Untuk momentum hari Ibu, sebagai rangkaiannya akan dilakukan pemeriksaan, terutama IVA test. Apalagi imbauan dari pusat pemeriksaan baiknya dilakukan per enam bulan," katanya.
Termasuk pihaknya mengajak remaja untuk mencegah penularan HIV/AIDS karena usia muda terutama pelajar, mulai dari SMP hingga mahasiswa menyumbang 10 sampai 20 persen Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dari total ratusan ODHA.
Penyumbang tertinggi masih dari klasifikasi profesi seperti Pekerja Seks Komersial (PSK) di berbagai rentang umur dan pelaku seks menyimpang yang saat ini menyumbang cukup tinggi pengidap HIV/AIDS.
"Paling tinggi dari PSK dan seks menyimpang, dengan total 80 persen. Selebihnya dari ibu rumah tangga dan lainnya. Tetapi dari klasifikasi umur pelajar harus menjadi perhatian khusus," katanya.
Dia mengatakan, dari sosialisasi tersebut nantinya akan dihasilkan agen yang menjadi kepanjangan tangan dari dinas untuk menyosialisasikan terkait pencegahan penularan HIV/AIDS.
"Kalau mahasiswa dibentuk Mahasiswa Agen Peduli HIV/AIDS, sedangkan tingkat SMP dan SMA dibentuk Pelajar Peduli HIV/AIDS," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
Kepala Dinkes Cianjur, Tresna Gumilar, di Cianjur Selasa, mengatakan khusus remaja perempuan dan kaum ibu, akan diberi pil Fe atau zat besi untuk mencegah anemia akibat mestruasi atau pasca melainkan.
"Pada saat menstruasi remaja putri dan kaum ibu rentan mengalami anemia dan penyakit lain. Masih banyak yang belum sadar mengkonsumsi Fe, makanya kami mengajak mereka untuk rutin mengonsumsi Fe sesudah mens atau melahirkan," katanya.
Dia mengatakan, kaum remaja putri dinilai penting untuk memeriksakan kondisi mulut rahimnya karena pola hidup yang tidak sehat akan meningkatkan risiko kanker serviks.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kasus kanker serviks masih tinggi di Cianjur salah satunya ketidaktahuan dan banyak yang tidak sadar ketika terkena kanker.
"Terutama pada stadium awal, tidak ada gejala secara kasat jika seseorang terkena kanker. Ketika sudah stadium lanjut baru mereka sadar sudah terkena kanker serviks?seperti sakit pinggang, anemia dan pendarahan pada kelamin," katanya.
Pihaknya secara rutin menyosialisasikan dan mengimbau semua perempuan untuk?melakukan pemeriksaan dini melalui IVA tes, layanannya sudah bisa dilakukan di setiap Puskesmas.
"Untuk momentum hari Ibu, sebagai rangkaiannya akan dilakukan pemeriksaan, terutama IVA test. Apalagi imbauan dari pusat pemeriksaan baiknya dilakukan per enam bulan," katanya.
Termasuk pihaknya mengajak remaja untuk mencegah penularan HIV/AIDS karena usia muda terutama pelajar, mulai dari SMP hingga mahasiswa menyumbang 10 sampai 20 persen Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dari total ratusan ODHA.
Penyumbang tertinggi masih dari klasifikasi profesi seperti Pekerja Seks Komersial (PSK) di berbagai rentang umur dan pelaku seks menyimpang yang saat ini menyumbang cukup tinggi pengidap HIV/AIDS.
"Paling tinggi dari PSK dan seks menyimpang, dengan total 80 persen. Selebihnya dari ibu rumah tangga dan lainnya. Tetapi dari klasifikasi umur pelajar harus menjadi perhatian khusus," katanya.
Dia mengatakan, dari sosialisasi tersebut nantinya akan dihasilkan agen yang menjadi kepanjangan tangan dari dinas untuk menyosialisasikan terkait pencegahan penularan HIV/AIDS.
"Kalau mahasiswa dibentuk Mahasiswa Agen Peduli HIV/AIDS, sedangkan tingkat SMP dan SMA dibentuk Pelajar Peduli HIV/AIDS," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018