Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, meningkatkan pengawasan, pembinaan dan sosialisasi pada warga yang berminat menjadi pekerja migran menempuh jalur resmi agar terhindar dari kasus Tindak Pidana Penjualan Orang (TPPO).
Kepala Disnakertrans Cianjur, Tohari Sastra di Cianjur, Jumat, mengatakan, selama ini banyak warga yang berminat bekerja ke luar negeri karena tergiur iming-iming gaji besar dan tempat kerja yang nyaman, sehingga mengabaikan prosedur yang harus ditempuh.
Baca juga: Kepala BP2MI tegaskan untuk terus perangi sindikat TPPO termasuk di Cianjur
"Karena niat ingin merubah ekonomi keluarga, mereka mudah tergiur tawaran dari agen atau sponsor yang tidak bertanggungjawab, setelah penempatan kami sulit melakukan pengawasan, berbeda dengan pekerja migran dengan prosedur lebih mudah diawasi," katanya.
Sebelum berangkat sesuai dengan prosedur, tutur Tohari, calon pekerja migran harus mendapat pelatihan keterampilan sesuai bidang yang tersedia dan keterampilan dalam menguasai bahasa di negara penempatan, sehingga tidak terjadi salah komunikasi.
Sehingga saat ditempatkan calon pekerja migran sudah menguasai keterampilan kerja yang diharapkan penyalur dan majikan serta dapat berkomunikasi dalam bahasa yang digunakan di negara penempatan, agar mereka terhindari dari kesalahan yang banyak menimpa pekerja migran.
"Panjangnya pelatihan yang harus ditempuh menjadi keluhan calon pekerja migran yang akhirnya memilih berangkat secara instan, tanpa memikirkan dampak yang akan mereka dapatkan di negara orang," katanya.
Untuk mencegah maraknya warga Cianjur berangkat kerja ke luar negeri secara non prosedural dan menjadi korban TPPO, tambah Tohari, pihaknya menggencarkan sosialisasi hingga ke wilayah selatan, agar warga menempuh semua prosedur sebelum berangkat.
"Kami melibatkan aparat kecamatan dan desa, untuk mengimbau warga yang berminat bekerja keluar negeri memilih agen atau penyalur jasa tenaga kerja resmi dan negara tujuan yang tidak terlarang seperti Timur Tengah," katanya.
Baca juga: Pekerja migran asal Cianjur diselamatkan dari jaringan prostitusi di Dubai
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
Kepala Disnakertrans Cianjur, Tohari Sastra di Cianjur, Jumat, mengatakan, selama ini banyak warga yang berminat bekerja ke luar negeri karena tergiur iming-iming gaji besar dan tempat kerja yang nyaman, sehingga mengabaikan prosedur yang harus ditempuh.
Baca juga: Kepala BP2MI tegaskan untuk terus perangi sindikat TPPO termasuk di Cianjur
"Karena niat ingin merubah ekonomi keluarga, mereka mudah tergiur tawaran dari agen atau sponsor yang tidak bertanggungjawab, setelah penempatan kami sulit melakukan pengawasan, berbeda dengan pekerja migran dengan prosedur lebih mudah diawasi," katanya.
Sebelum berangkat sesuai dengan prosedur, tutur Tohari, calon pekerja migran harus mendapat pelatihan keterampilan sesuai bidang yang tersedia dan keterampilan dalam menguasai bahasa di negara penempatan, sehingga tidak terjadi salah komunikasi.
Sehingga saat ditempatkan calon pekerja migran sudah menguasai keterampilan kerja yang diharapkan penyalur dan majikan serta dapat berkomunikasi dalam bahasa yang digunakan di negara penempatan, agar mereka terhindari dari kesalahan yang banyak menimpa pekerja migran.
"Panjangnya pelatihan yang harus ditempuh menjadi keluhan calon pekerja migran yang akhirnya memilih berangkat secara instan, tanpa memikirkan dampak yang akan mereka dapatkan di negara orang," katanya.
Untuk mencegah maraknya warga Cianjur berangkat kerja ke luar negeri secara non prosedural dan menjadi korban TPPO, tambah Tohari, pihaknya menggencarkan sosialisasi hingga ke wilayah selatan, agar warga menempuh semua prosedur sebelum berangkat.
"Kami melibatkan aparat kecamatan dan desa, untuk mengimbau warga yang berminat bekerja keluar negeri memilih agen atau penyalur jasa tenaga kerja resmi dan negara tujuan yang tidak terlarang seperti Timur Tengah," katanya.
Baca juga: Pekerja migran asal Cianjur diselamatkan dari jaringan prostitusi di Dubai
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023