Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, menggelar tradisi tabuh bedug atau "Dlugdag" yang menjadi salah satu tanda masuk awal Ramadhan, bagi masyarakat sekitar.

"Tradisi ini sudah kami laksanakan turun temurun, untuk memberitahukan bahwa sudah masuk awal Ramadhan," kata Patih Keraton Kasepuhan Cirebon Pangeran Raja Muhamad Nusantara di Cirebon, Rabu.

Menurutnya tabuh bedug atau "dlugdag" di Keraton Kasepuhan Kota Cirebon, sudah menjadi tradisi turun temurun, terutama ketika masuk awal Ramadhan, Idul Fitri, dan juga sahur.

Ia mengatakan dengan ditabuhnya bedug, menjadi salah satu tanda bahwa awal Ramadhan sudah tiba, dan bedug yang ditabuh merupakan peninggalan Sunan Gunung Jati.

Tradisi tersebut juga dilakukan oleh Sunan Gunung Jati ketika menyebarkan agama Islam di daerah Cirebon, dan sekitarnya. Hal ini lantaran zaman dahulu bedug menjadi salah satu pertanda.

"Kami merawat tradisi ini agar terus terjaga, dan ini juga menjadi salah satu tanda bahwa besok sudah masuk awal Ramadhan," tuturnya.

Bedug pertama ditabuh oleh Patih Keraton Kasepuhan Pangeran Raja Muhamad Nusantara dengan beragam bunyi, kemudian dilanjutkan oleh para abdi dalam kurang lebih selama satu jam.
Pangeran Muhamad Nusantara menambahkan beduk yang ditabuh yaitu beduk Samogiri dan beduk ini sama dengan yang digunakan oleh Sunan Gunung Jati.

Suara bedug yang ditabuh berbeda dengan suara bedug ketika untuk menandakan datangnya waktu shalat, serta saat penanda Idul Fitri.

"Untuk menandakan Ramadhan suaranya lebih keras, dan ditabuh kurang lebih selama satu jam," katanya.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Keraton Kasepuhan Cirebon gelar tradisi "Dlugdag" tanda awal Ramadhan

Pewarta: Khaerul Izan

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023