Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung menyatakan tidak ingin terburu-buru menggelar kegiatan perkuliahan secara tatap muka bagi para mahasiswanya meskipun belasan ribu mahasiswa, dosen hingga pegawainya telah menjalani vaksinasi COVID-19.
"Tidak harus buru-buru juga berkaitan dengan kesehatannya sendiri. Meskipun dari vaksinasi 11 ribu mahasiswa kita yang sudah tervaksinasi dua kali itu lima ribuan dosen Unpar sudah semua," kata Rektor Unpar Mangadar Situmorang, di Bandung, Rabu.
Mangadar mengatakan pola pembelajaran tatap muka untuk mahasiswa berbeda urgensi dan juga mekanismenya dibandingkan dengan siswa tingkat dasar atau menengah.
"Kalau untuk sekolah itu kan jelas zonasinya, para siswa pun butuh pendampingan. Kalau mahasiswa asal daerahnya beragam, menurut kami dari sisi pembelajaran perguruan tinggi lebih luas jika daring, entah itu dari sisi kesedian teknologinya, maupun dari sisi pembelajaran mahasiswa bisa lebih independen menjadi pertimbangan kedua," dia.
Walaupun secara angka sudah bisa memenuhi kekebalan kelompok namun, jika dihubungkan dengan keberagaman asal mahasiswa yang tak semua berasal dari Kota Bandung dan banyak mahasiswa berdomisili di luar provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta.
"Jadi dari tiga pertimbangan itu saja kita tidak ada kemendesakan untuk segera tatap muka. Dari sisi letak geografis, dari sisi pembelajaran, dan sisi kesehatan. Ditambah kalau implementasi Kampus Merdeka mahasiswa bebas menempuh satu dua tiga semester di luar peguruan tinggi," kata dia.
Selain itu, lanjut dia, adaptasi pembelajaran daring yang saat awal pandemi diakui menjadi kendala, seiring dengan waktu sudah bisa berjalan dengan optimal.
Hanya saja, ada pengecualian. Untuk mahasiswa yang membutuhkan fasilitas laboratorium, maka pihak kampus mengijinkan dengan syarat dan prosedur kesehatan yang ketat.
Hal lainnya, kata dia, adalah dampak pandemi COVID-19 berpengaruh terhadap jumlah mahasiswa yang mendaftar.
Untuk tahun ini, Unpar menerima sekitar 2.500 - 2.600 mahasiswa, jumlah ini menurun dibandingkan tahun lalu yang berkisar sekitar 2.900 sampai 3.000 mahasiswa
Sementara itu, Guru Besaf FF UNPAR Prof. Dr Ignatius Bambang Sugiharto menambahkan bahwa ada tren positif dalam pola pembelajaran daring untuk mahasiswa.
"Kalau dari sudut proses pembelajaran yang berpusat kepada mahasiswa malah justru efektif. Ternyata memberi peluang meskipun over load karena semua mata kuliah ada tugasnya tapi terutama mereka dipaksa sendiri membaca buku nyari sendiri dari sudut itu kualitas itu baik, lebih mandiri,” kata dia.
Baca juga: Disparbud Jabar dan IKA Unpar kolaborasi tangani pandemi COVID-19
Baca juga: Pemkot Bandung dan Ika Unpar salurkan bansos ke pedagang sekitar kampus
Baca juga: Mahasiswa Unpar mewakili Indonesia ke Amerika di Lomba Peradilan Semu
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Tidak harus buru-buru juga berkaitan dengan kesehatannya sendiri. Meskipun dari vaksinasi 11 ribu mahasiswa kita yang sudah tervaksinasi dua kali itu lima ribuan dosen Unpar sudah semua," kata Rektor Unpar Mangadar Situmorang, di Bandung, Rabu.
Mangadar mengatakan pola pembelajaran tatap muka untuk mahasiswa berbeda urgensi dan juga mekanismenya dibandingkan dengan siswa tingkat dasar atau menengah.
"Kalau untuk sekolah itu kan jelas zonasinya, para siswa pun butuh pendampingan. Kalau mahasiswa asal daerahnya beragam, menurut kami dari sisi pembelajaran perguruan tinggi lebih luas jika daring, entah itu dari sisi kesedian teknologinya, maupun dari sisi pembelajaran mahasiswa bisa lebih independen menjadi pertimbangan kedua," dia.
Walaupun secara angka sudah bisa memenuhi kekebalan kelompok namun, jika dihubungkan dengan keberagaman asal mahasiswa yang tak semua berasal dari Kota Bandung dan banyak mahasiswa berdomisili di luar provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta.
"Jadi dari tiga pertimbangan itu saja kita tidak ada kemendesakan untuk segera tatap muka. Dari sisi letak geografis, dari sisi pembelajaran, dan sisi kesehatan. Ditambah kalau implementasi Kampus Merdeka mahasiswa bebas menempuh satu dua tiga semester di luar peguruan tinggi," kata dia.
Selain itu, lanjut dia, adaptasi pembelajaran daring yang saat awal pandemi diakui menjadi kendala, seiring dengan waktu sudah bisa berjalan dengan optimal.
Hanya saja, ada pengecualian. Untuk mahasiswa yang membutuhkan fasilitas laboratorium, maka pihak kampus mengijinkan dengan syarat dan prosedur kesehatan yang ketat.
Hal lainnya, kata dia, adalah dampak pandemi COVID-19 berpengaruh terhadap jumlah mahasiswa yang mendaftar.
Untuk tahun ini, Unpar menerima sekitar 2.500 - 2.600 mahasiswa, jumlah ini menurun dibandingkan tahun lalu yang berkisar sekitar 2.900 sampai 3.000 mahasiswa
Sementara itu, Guru Besaf FF UNPAR Prof. Dr Ignatius Bambang Sugiharto menambahkan bahwa ada tren positif dalam pola pembelajaran daring untuk mahasiswa.
"Kalau dari sudut proses pembelajaran yang berpusat kepada mahasiswa malah justru efektif. Ternyata memberi peluang meskipun over load karena semua mata kuliah ada tugasnya tapi terutama mereka dipaksa sendiri membaca buku nyari sendiri dari sudut itu kualitas itu baik, lebih mandiri,” kata dia.
Baca juga: Disparbud Jabar dan IKA Unpar kolaborasi tangani pandemi COVID-19
Baca juga: Pemkot Bandung dan Ika Unpar salurkan bansos ke pedagang sekitar kampus
Baca juga: Mahasiswa Unpar mewakili Indonesia ke Amerika di Lomba Peradilan Semu
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021