Sumber, 19/4 (ANTARA) - Kabupaten Cirebon mengupayakan lumbung menjadi budaya masyarakat agar daerah itu memiliki ketahanan pangan
kuat saat menghadapi musim kemarau, kata Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan setempat Rianto Adiputra.

"Secara kuantitatif Kabupaten Cirebon yang berpenduduk 2,37 juta kelebihan produksi beras sekitar 23 persen dari kebutuhan per kapita per tahun. Tetapi itu belum menjamin ketahananan pangan di tingkat keluarga," kata Rianto Adiputra di Sumber, Senin.

Dia mengatakan, pada umumnya petani menjual seluruh hasil panennya, mengingat padi sudah merupakan komiditas perdagangan lintasdaerah sehingga banyaknya produksi padi belum mencerminkan ketersediaan pangan kabupaten itu.

Karena itulah, kata dia, maka pihaknya berupaya agar di setiap desa punya lumbung yang berfungsi menyimpan sebagian hasil pertanian yang akan dikeluarkan pada saat yang tepat, yakni musim krisis pangan di daerah itu.

"Kini sudah terdapat 155 lumbung pangan yang dikelolah oleh kelompok petani di antara 424 desa dan kelurahan di Kabupaten Cirebon," katanya.

Sejumlah lumbung pangan yang ada tersebut pada umumnya sudah aktif menyediakan bahan pangan walaupun masih terbatas, misalnya hanya menyediakan padi sebanyak dua ton menjelang musim tanam tiba.

Ada juga lumbung pangan masih berupa persediaan padi yang dimanfaatkan untuk sarana produksi, yaitu yang akan dijual oleh anggota kelompok untuk memenuhi sarana produksi seperti pembeliaan bibit, kemudian setelah panen dikembalikan ke lumbung pangan.

"Pada waktunya nanti, lumbung pangan benar-benar difungsikan sebagai persediaan pangan dimusim krisis pangan untuk anggota kelompok masing-masing," katanya.

Dengan lumbung pangan, petani menjadi terbiasa menyimpan hasilnya, kata dia, sehingga bila harus menjual pun dilakukan pada saat yang tepat.

M Taufik

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010