Sumber, 30/4 (ANTARA) - Produksi kerang hijau di Kabupaten Cirebon turun drastis sejak ribuan bagan rusak karena gempa tahun 2008 dan puting beliung yang menghantam daerah itu, kata pajabat Perikanan dan Kelautan setempat.
"Sebelum tahun 2008 produksi kerang hijau puluhan ribu ton per tahun, tetapi kini tiggal ratusan ton," kata Kabid Budidaya Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cirebon, Maseb, di Sumber, Jumat.
Menurut dia, kerang hijau merupakan salah satu hasil laut yang dibudidayakan secara sederhana, yakni hanya menyediakan tempat menempel.
Pada umumnya nelayan hanya memasang bambu yang ditancapkan dan disusun sedemikian rupa yang disebut bagan.
Karena pantai Cirebon yang berupa teluk yang hampir berupa busur dengan ombak yang agak tenang memungkinkan kerang hijau hidup bergerombol.
Terbukti hanya dengan menyediakan bagan produksi kerang hijau mencapai 12 ton per bagan sekali panen.
Sebenarnya, budidaya kerang hijau sangat menguntungkan para nelayan karena tidak perlu mengeluarkan biaya pakan dan pasarannya bagus karena disukai konsumen.
Harga kerang hijau tidak terlalu berfluktiasi, yakni sekitar Rp2.500 per kilogram dengan pasaran utama Jakarta.
Kendati di sepanjang pantai Cirebon sangat memungkinkan pengembangan kerang hijau, ia mengatakan perlu ada penelitian tentang baku mutu air pantai karena kerang hijau bisa saja mengonsumsi logam berat.
"Jika terbukti ada logam berat, kita tidak menganjurkan para nelayan membudidayakan kerang hijau," katanya.
Ia mencontohkan, kerang hijau yang tadinya dikembangkan di Muara Angke Jakarta, konon sejak tahun 2005 sudah tercemar logam berat.
Sementara Kabid Pemuliahan Kerusakan Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Cirebon Iwan Riski didampingi staf urusan Pesisir dan Laut Fajar Sutrisno mengatakan, dalam literatur kerang hijau bisa menyerap unsur kimia seperti Pb dan timbal.
"Sejauh ini belum ada penelitian di Kabupaten Cirebon, apakah kerang hijau sudah tercemar logam tersebut apa belum," katanya.
(T.Y003/B/R014/R014) 30-04-2010 09:13:13