Semarang (Antaranews Jabar) - Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) menegaskan tidak ada pembicaraan politik praktis pada pertemuan antara ulama karismatik Kiai Haji Maimoen Zubaer dengan Syekh Abdul Somad atau Ustad Abdul Somad (UAS).
Saat dikonfirmasi di Semarang, Sabtu (9/2) malam Gus Yasin menjelaskan tidak ada perbincangan politik praktis dalam pertemuan tersebut, kecuali politik kebangsaan dan keorganisasian karena pertemuan itu murni sebagai salah satu perjalanan spiritual Syekh Abdul Somad yang semakin dekat dengan Nahdlatul Ulama.
"Sudah lama beliau (Syekh Abdul Somad) ingin ke NU, namun karena ada catatan-catatan dari teman-teman di NU, dan itu yang membuat beliau tidak bisa masuk. Tapi karena banyaknya teman beliau yang aktivis NU, akhirnya menjadikan beliau seperti ini, sudah lama kita tidak mendengar ceramah beliau yang seperti dulu," katanya.
Menurut Gus Yasin, pertemuan tersebut berlangsung dalam suasana santai dan Syekh Abdul Somad lebih banyak mendengar KH Maimoen Zubaer (Mbah Moen).
"Tujuan beliau adalah meminta silsilah keilmuan dari Mbah Moen yang sampai kepada Rasulullah," ujarnya.
Selain itu, Mbah Moen banyak menyampaikan wawasan kebangsaan mengenai sejarah Indonesia dan Islam di Nusantara, termasuk dari fondasi-fondasi hukum tanah air hingga masuknya Islam ke Indonesia melalui pulau Sumatera, serta berkembang pesat di Jawa.
Usai pertemuan, kata Gus Yasin, Syekh Abdul Somad mengucapkan rasa syukurnya karena bisa bertemu Mbah Moen yang memberikan pencerahan dan wacana berbeda.
"Meski sempat punya pemikiran berbeda, namanya orang kan pasti berubah. Nah sekarang sudah sama dengan kita, ya mari kita rangkul, kalau itu baik ya harus kita terima. Bukan karena politik lima tahunan tapi untuk menjaga NKRI," tegasnya.
Seperti diketahui, sebelum bertemu dengan Mbah Moen di rumah dinas Wagub Jateng di Semarang, Sabtu (9/2) siang, Syekh Abdul Somad telah terlebih dulu berkunjung ke kediaman Habib Luthfi bin Yahya.
Dalam pertemuan tersebut, Habib Luthfi bin Yahya membaiat Syekh Abdul Somad dan memberikan gelar syekh menggantikan sebutannya terdahulu yakni ustad.