Bekasi (Antaranews Jabar) - Pemerintah Provinsi Jawa Barat tengah mengintensifkan pengembangan sektor wisata hutan mangrove di tiga daerah di wilayahnya guna menarik minat wisatawan.
"Tiga daerah yang kini menjadi wisata andalan Jabar untuk hutan mangrove ada di Karangsong Indaramayu, Muaragembong dan Tarumajaya Kabupaten Bekasi serta di Pesisir Karawang," kata Kepala Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan (BKPP) Wilayah II Jawa Barat Toto Muhammad Toha di Bekasi, Kamis.
Menurut dia, Hutan Manrove di Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu seluas sekitar 50 hektare merupakan yang paling optimal dalam penyediaan sarana dan prasarana untuk menunjang kebutuhan wisatawan bila dibandingkan dua daerah lainnya.
"Yang paling banyak peminatnya di Karangsong, Indramayu. Biasanya hanya 200 pengunjung per hari, tapi sekarang bisa mencapai ribuan dalam sehari, terutama akhir pekan," katanya.
Hutan mangrove di kawasan itu dilengkapi dengan area 'jogging track' sepanjang 750 meter yang menyisiri kelestarian ekosistem mangrove di kawasan itu.
Hutan mangrove di Indramayu terbagi menjadi dua kelompok, yaitu hutan mangrove di dalam kawasan hutan lindung yang tersebar di sepuluh desa, sedangkan hutan Mangrove di luar kawasan hutan tersebar di 22 desa.
Hutan Mangrove Karangsong mulai dirawat semenjak tahun 2008 dan berbenah menjadi ekowisata melalui progam CSR Pertamina RU VI Balongan yang dimulai pada 2010 hingga 2014 serta dikelola oleh masyarakat lokal melalui kelompok Tani Lestari menjadikan tempat ini mulai dilirik wisatawan baik dari Indramayu sendiri ataupun dari luar kota.
"Diperkirakan sekarang ini sudah aada lebih dari 50 ribu mangrove di kawasan tersebut dengan bibit yang tumbuh dengan sendirinya," katanya.
Selanjutnya adalah Ekowisata Hutan Mangrove yang juga digarap melalui pendanaan CSR PT Pertamina EP Tambun Field di Desa Pantaimekar, Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi.
Hutan mangrove yang digagas sejak Desember 2017 itu saat ini telah mencapai tahap pengembangan berupa pembuatan jembatan bambu sepanjang 300 meter di hutan mangrove yang kini diperkirakan mencapai lebih dari 15 ribu pohon.
Dikatakan Toto, persoalan Ekowisata Mangrove di lokasi itu ada pada minimnya akses transportasi wisatawan hingga sampai ke lokasi itu.
"Akses jalan ini sangat penting apakah bisa lewat laut, sungai atau darat. Namun kalau melalui laut rawan rob, tapi mellaui jalur darat menggunakan mobil belum bisa masuk," katanya.
Untuk itu pihaknya telah mengupayakan pembuatan akses jalan yang representatif agar mudah dijangkau wisatawan di sekitarnya.
"Lokasi Ekowisata ini diuntungkan karena berdekatan dengan DKI Jakarta, tinggal aksesnya saja dan pembenahan sampah serta kawasan kumuh di sekitarnya," katanya.
Objek wisata yang saat ini memiliki daya tarik cukup baik di wilayah Bekasi adalah Wisata Mangrove Jembatan Cinta Tarumajaya.
Wisata ini berada di perbatasan Kabupaten Bekasi dengan Pantai Marunda, Jakarta Utara, tepatnya di Kampung Palijaya, Desa Segarajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi.
Dikatakan Sutia, objek wisata ini merupakan Pusat Restorasi dan Pembelajaran Mangrove (PRPM) Kabupaten Bekasi.
Jembatan Cinta dibangun sebagai dermaga untuk memudahkan proses restorasi hutan mangrove di wilayah tersebut, sekaligus memgedukasi warga setempat agar merawat dan melestarikan ekosistem kawasan muara.
Di beberapa sudut jembatan terdapat saung-saung yang dapat digunakan wisatawan untuk bersantai sekaligus memandangi hamparan hutan mangrove.
Destinasi wisata mangrove berikutnya berada di pesisir Laut Jawa, tepatnya di Dusun Pasir Putih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang.
"Wilayah ini kini menjadi lokasi kunjungan wisatawan. Sebab, 20 hektare hutan mangrove di wilayah tersebut kini mulai menghijau dan menarik untuk ditinjau," katanya.
Toto menambahkan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat ini tengah berupaya mengembangkan destinasi wisata mangrove melalui kerja sama dengan Perhutani dan pemerintah daerah setempat.