Jakarta (ANTARA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis pagi bergerak menguat seiring dengan pelaku pasar merespons positif upaya para pemangku kebijakan untuk memperkuat pasar modal Indonesia.
IHSG dibuka menguat 34,86 poin atau 0,40 persen ke posisi 8.646,65. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 4,91 poin atau 0,58 persen ke posisi 854,09.
"Pasar diharapkan dapat bergerak positif pada Kamis," sebut Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Kamis.
Dari dalam negeri, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa pemerintah siap untuk memberikan insentif fiskal bagi investor ritel, namun baru akan dilakukan apabila Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI mampu membereskan praktik saham gorengan dalam enam bulan ke depan, termasuk memberikan sanksi nyata kepada pelaku manipulasi harga saham.
Purbaya menilai pemberian insentif di tengah pasar yang belum bersih justru berisiko merugikan investor pemula.
Selain itu, OJK dan BEI juga telah memfinalisasi penyesuaian Peraturan I-A untuk memperkuat struktur likuiditas, menjaga minat korporasi untuk go public, dan meningkatkan kepercayaan investor terhadap kualitas saham yang diperdagangkan.
Di sisi lain, Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) menyetujui usulan OJK dan BEI dalam rangka menaikkan batas free float untuk continuous listing obligation dari saat ini sebesar 7,5 persen menjadi minimal 10-15 persen sesuai dengan nilai kapitalisasi pasar.
Dari mancanegara, fokus pelaku pasar tertuju pada pelemahan indeks dolar Amerika Serikat (AS) serta sinyal perlambatan tenaga kerja AS. Data ADP menunjukkan penurunan lapangan kerja swasta sebesar 32.000 pada November 2025, atau jauh di bawah ekspektasi yang menandakan mulai melemahnya aktivitas perekrutan di tengah ketidakpastian ekonomi.
Di sisi lain, indeks dolar AS jatuh ke level terendah dalam sebulan di level 98,932, akibat meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada 10 Desember 2025, dengan probabilitas mencapai 88 persen.
Pelemahan tersebut mendorong minat risiko global dan membuka peluang arus dana masuk ke negara berkembang, sehingga berpotensi mendukung penguatan rupiah dan pergerakan positif pasar keuangan Indonesia hari ini.
