Bandung (ANTARA) - Para kucing kampus tidak pernah ikut kuliah, tidak mengenal KRS-an, apalagi seminar proposal, tapi setiap hari mereka selalu hadir, berjalan santai di sekitar gedung fakultas, tidur nyenyak di pinggir koridor, atau sekadar duduk anggun di depan kantin sembari menunggu kakak mahasiswa baik hati datang membawa makanan.
Di tengah hiruk pikuk dunia kuliah, masih ada mahasiswa yang setia dan dengan senang hati memberi makan kucing, mengusapnya, atau sekadar menyapanya sebelum kembali tenggelam dalam aktivitas masing-masing. Mahasiswa pecinta kucing biasanya selalu membawa makanan di dalam tas mereka sebagai bentuk antisipasi jika bertemu kucing di jalan. Semua dilakukan dengan tulus, karena rasa sayang yang sederhana. Kecintaan mahasiswa pada kucing-kucing di kampus melahirkan sebuah komunitas kecil dengan nama Sastranekochan atau kucing sastra di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya Unpad.
Sastranekochan dikenal melalui instagram yang lahir pada tahun 2018, meski tidak ada informasi terkait siapa pencetus Sastranekochan. Diawali dengan membagikan potret kucing-kucing di fakultas beserta kisah-kisah di baliknya, para mahasiswa pun mulai memberi nama pada setiap kucing yang mereka temui.
Fakultas ini memiliki beberapa kucing yang cukup terkenal, seperti Manohara Putri Wowo Justin Eduardo, Lort Jimbo, Tom Tom Subroto, Sueb, dan masih banyak kucing lainnya yang tak bisa disebutkan satu per satu.
Sastranekochan juga membagikan unggahan-unggahan mengenai kondisi kesehatan kucing dan informasi penggalangan dana untuk pengobatan kucing yang sakit.
Komunitas ini memiliki staf pengurus yang mendata, merawat, dan membawa kucing yang sakit ke dokter hewan untuk mendapatkan perawatan. Semua aktivitas ini bisa berjalan berkat dukungan dari para pecinta kucing yang peduli.
Untuk sebagian mahasiswa, kehadiran kucing kampus jadi sebuah hiburan bahkan motivasi. Interaksi dengan kucing membantu mengatasi stres akan tugas yang tiada akhir. Kucing-kucing tersebut memberikan rasa nyaman dan menenangkan, karena mereka bisa berteman dengan siapa saja tanpa memandang IPK.
Kucing-kucing kampus ini tak pernah meminta banyak. Mereka hanya membutuhkan sedikit makanan, tempat berteduh yang nyaman, dan secuil perhatian. Namun tanpa disadari, kehadiran mereka telah menjadi bagian penting dalam kehidupan kampus. Mereka menjadi teman mahasiswa dari berbagai jurusan, bahan obrolan lintas angkatan, dan secara tidak langsung mengajarkan arti kepedulian.
Kucing kampus tidak pernah bertanya kapan kita lulus. Mereka tidak pernah menanyakan ketidakhadiran kita. Mereka hanya mengeong pelan, kadang manja, kadang cuek, dan dengan cara itu, mereka hadir jadi teman seperjuangan.
Di kampus yang penuh ambisi, drama organisasi, dan deadline akademik, komunitas kecil ini menjadi kebahagiaan yang sederhana. Kadang cukup dengan membawa sebungkus Whiskas dan pat-pat ringan, karena di kampus ini, mungkin yang paling setia bukan teman sekelas, bukan pula dosen pembimbing, tapi seekor kucing yang selalu hadir meski kita sedang malas kuliah.
