Antarajabar.com - Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum melakukan penanganan darurat banjir di Kawasan Rancaekek, Kabupaten Bandung dengan mengeruk sedimen di tiga sungai, yakni Cimande, Cikijing, dan Cikeruh.
"Untuk pengerukan sungai, alat pengeruh sudah turun. Untuk tahap pertama Cikijing sedang dalam proses pengerjaan. Namun untuk Cikeruh ada yang menahan yaitu jembatan kereta api dan jembatan kendaraan," kata Sekda Provinsi Jawa Barat Iwa Karniwa di Bandung, Selasa.
Iwa menuturkan Pemprov Jawa Barat mendukung pekerjaan darurat yang dilakukan BBWS Citarum terkait dengan masalah banjir di Rancekek, seperti menyediakan mes untuk operator penyedot air di sekitar pabrik PT Kahatex selama 24 jam.
Terkait dengan hambatan pengerukan Sungai Cikeruh karena keberadaan jembatan tersebut maka solusinya jembatan akan ditinggikan oleh BBWS Citarum.
"Karena kalau mengandalkan APBD dari Kabupaten Bandung prosesnya sangat lama," ujar dia.
Oleh karena jembatan tersebut milik Kabupaten Bandung maka izin untuk dibongkar dan dibangun meninggikan perlu dari bupati.
"Kami mengharapkan Pak Bupati Bandung mengizinkan pembongkaran sekaligus meninggikan jembatan. Pelebaran dan juga perbaikan dan sebagainya itu perlu dilakukan untuk menghitung debit air yang dilalui sehingga berapa dimensi drainase tersebut," kata dia.
Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Jawa Barat Nana Nasuha mengatakan saat ini pihaknya sudah mengantongi skenario penanganan permanen banjir di Rancaekek.
"Namun untuk sekarang yang sedang dilakukan adalah penanganan banjir Rancaekek ialah yang sifatnya darurat," kata dia.
BBWS Citarum saat ini tengah melakukan penanganan darurat banjir Rancaekek, seperti melakukan pendalaman Sungai Cikijing sepanjang 750 meter atau 250 meter dari arah Kahatex hingga jembatan, serta 500 meter dari jembatan.
"Itu seperti penanganan Cimande, Sungai Cikijing, kemudian Sungai Cikeruh. Itu kan berdasarkan rencana BBWS itu kan akan dilebarkan tapi karena proses pembebasan tanahnya belum selesai maka Sungai Cikijing, Cimande. Cikeruh itu dilaksanakan pengerukan dengan harapan bahwa paling tidak bisa mengalirkan debit banjir yang ada," kata Nana.
Ia menjelaskan pengerukan sedimen sungai tersebut tetap dipantau pengaruhnya namun saat ini karena hujan relatif tidak deras dengan demikian belum terlihat efektivitasnya.