Bandung (ANTARA) - Bak maung yang tak pernah lelah mencakar waktu, Persib Bandung mencetak sejarah dengan memastikan dua musim berturut-turut atau back to back menjuarai Liga 1 Indonesia, meski kompetisi masih menyisakan tiga pertandingan.
Di Bandung, kemenangan tidak hanya dirayakan, tapi dirasakan, menjelma menjadi suara yang bergetar dari jantung kota hingga ke beberapa daerah di Jawa Barat.
Kata orang bijak, kemenangan, jika terlalu cepat dirayakan, mudah terjebak dalam euforia permukaan.
Namun, orang-orang yang pernah mengikuti perjalanan Persib lebih dari sepuluh tahun terakhir, pasti tahu bahwa sukses beruntun ini bukanlah hasil instan; sukses ini buah dari konsistensi, kedewasaan taktik, kepemimpinan yang matang, dan chemistry yang dibangun dari ruang ganti hingga tribun penonton.
Selama dua musim terakhir Persib menunjukkan stabilitas luar biasa.
Dalam iklim kompetisi Liga 1 yang sering diwarnai pergantian pelatih, krisis finansial, inkonsistensi performa klub-klub besar, dan operator liga yang kerap kontroversial, Maung Bandung justru tampil sebagai anomali. Mereka tidak hanya bertahan dalam badai, tapi menari di atasnya.
Manajemen klub memainkan peran penting dalam sukses tim kebanggaan Jawa Barat ini. Dengan kepemimpinan yang kekeluargaan, tenang tapi tegas, mereka membangun tim dengan pendekatan jangka panjang, memadukan aspek bisnis, stabilitas keuangan, dan prestasi.
Sebenarnya, musim ini dimulai Persib seperti musim-musim sebelumnya, lengkap dengan harapan dan sedikit skeptisisme; Persib sudah mengakhiri paceklik panjang musim lalu, dan publik tahu, mempertahankan kejayaan lebih sulit ketimbang meraihnya.
Akan tetapi, di tangan Bojan Hodak hal yang lebih sulit itu ternyata bisa digapai. Pelatih asal Kroasia yang tak pernah berbicara berlebihan ini sukses membangun tim bukan dengan gebyar, melainkan dengan ketepatan.
