Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memandang ketidakpastian global akan tetap tinggi akibat kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS) yang makin meluas.
"Di Amerika Serikat, kebijakan tarif impor berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat, di tengah meningkatnya pemberian insentif fiskal. Sementara, laju penurunan inflasi tidak secepat yang diperkirakan," kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam konferensi pers "Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Maret 2025" di Jakarta, Rabu.
Perry melanjutkan bahwa ekonomi Eropa, Jepang, dan India juga terkena dampak rambatan kebijakan tarif impor Amerika Serikat tersebut, di tengah permintaan domestiknya yang belum meningkat akibat keyakinan usaha yang rendah dan ekspor yang melambat.
Sementara itu, pelemahan pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebagai akibat kebijakan tarif impor Amerika Serikat tersebut tertahan dengan kebijakan pelebaran defisit fiskal 2025 dari yang ditargetkan.
"Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2025 diperkirakan sebesar 3,2 persen," kata dia.