Peneliti sosial dari Universitas Indonesia Reni Suwarso mengungkapkan bahwa delegasi Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, mengunjungi Percontohan Laboratorium Hidup Citarum untuk belajar pengolahan sampah dan ekowisata.
Kunjungan ke Desa Padamukti dan Cibodas, Kabupaten Bandung pada tanggal 10-11 Desember 2024 itu, kata Reni, dikarenakan mereka terinspirasi untuk menerapkan konsep pengelolaan sampah dan ekowisata berkelanjutan di Bulukumba.
Baca juga: RI-Australia mendorong masyarakat kelola ekonomi sirkular di Citarum
"Ini merupakan terobosan yang luar biasa dari peneliti Citarum Action Research Projek (CARP) yang dipimpin Universitas Indonesia dan Monash University, Australia, dan tindak lanjut kegiatan diskusi, film, dan pameran 'Menuju Kebijakan Berbasis Bukti untuk Revitalisasi Sungai' pada 13 November 2024 lalu di Kantor Satgas Citarum Dago," kata Reni dalam keterangan di Bandung, Jumat.
Rombongan kajian tiru dari Kabupaten Bulukumba yang berjumlah 196 orang terdiri dari kepala desa, BPD, dan jajaran pemerintah desa se-Kabupaten Bulukumba yang dipimpin Kepala Dinas BPMD Bulukumba Hamrina Andi Murih, kata dia, mendapatkan paparan dari narasumber FT-UI Osha Ombastha.
Dalam paparannya, narasumber mengajak peserta mendiskusikan isu-isu terkait infrastruktur teknologi dan fisik, perilaku dan praktik di rumah tangga dan desa, keuangan dan ekonomi, hingga tata kelola dan kelembagaan.
"Ditambah belajar langsung dari showcase/percontohan TPS3R dengan ekonomi sirkular di Desa Padamukti, dan Ekowisata Berbasis Air dan toilet daur ulang di Desa Cibodas," ujar dia.
Lebih lanjut, Reni merekomendasikan para pengambil keputusan di Kabupaten Bulukumba untuk menggunakan prinsip atau pendekatan baru untuk memastikan keberhasilan.
"Yakni kebijakan berbasis bukti, pendekatan berbasis tempat (placed based approach), pendekatan sosio-teknis dan metode tertanam (embedded method)," ucapnya.
Sementara, ketua tim peneliti teknik dari Universitas Indonesia, Dwinanty Marthanty, menyampaikan model yang dibangun harus memiliki prinsip bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mempromosikan perekonomian lokal, meningkatkan layanan dasar.
"Termasuk pengelolaan persampahan, meningkatkan layanan air dan sanitasi, adaptasi perubahan iklim dan memulihkan saluran air. Model yang dikembangkan dengan metode co-creating/co-design, eksplorasi, eksperimen dan evaluasi dan monitoring," kata Dwinanty.
Sementara itu, peneliti FISIP UI , Farhan Dzakwan, mengungkapkan pada dasarnya, percontohan TPS3R ini, mendukung water for shared prosperity, yang diusung Indonesia dalam World Water Forum Bali 2024, dengan misi memastikan ketersediaan air untuk kesejahteraan masyarakat di desa.
"Mengatasi masalah keamanan air, pertumbuhan ekonomi, dan ketahanan iklim merupakan tantangan global yang memerlukan tindakan kolektif. Model di Desa Padamukti dan Desa Cibodas hanya berskala mikro tapi rill. Bila tindakan berskala mikro tapi rill ini diterapkan di semua desa di Indonesia, maka kontribusinya akan dahsyat," kata Farhan.
Menurut Reni, secara umum peserta menganggap Showcase di Desa Padamukti dan Desa Cibodas perlu ditingkatkan skalanya dan perlu diduplikasi di daerah lain yang memiliki masalah yang sama.
Terlebih berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, hanya sembilan sungai di Indonesia yang memenuhi kualitas baku mutu pada tahun 2022, yang berarti baru 8,2 persen sungai yang memenuhi baku mutu dari 110 sungai yang diidentifikasi.
Dari segi desa yang mengalami pencemaran, bila data 2014 dibandingkan dengan data 2021, maka ada penambahan 1.897 (21 persen) desa yang terkategori mengalami pencemaran air (8.786 desa per 2014, 10.683 desa per 2021).
Penambahan 198 (15 persen) desa yang terkena pencemaran tanah (1.301 desa per 2014, 1.499 desa per 2021). Pengurangan 6.354 (52 persen) desa yang terkena pencemaran udara (11.998 desa per 2014, 5.644 desa per 2021).
Baca juga: CARP berharap laboratorium hidup Citarum bisa diaplikasikan sepanjang DAS
Kunjungan ke Desa Padamukti dan Cibodas, Kabupaten Bandung pada tanggal 10-11 Desember 2024 itu, kata Reni, dikarenakan mereka terinspirasi untuk menerapkan konsep pengelolaan sampah dan ekowisata berkelanjutan di Bulukumba.
Baca juga: RI-Australia mendorong masyarakat kelola ekonomi sirkular di Citarum
"Ini merupakan terobosan yang luar biasa dari peneliti Citarum Action Research Projek (CARP) yang dipimpin Universitas Indonesia dan Monash University, Australia, dan tindak lanjut kegiatan diskusi, film, dan pameran 'Menuju Kebijakan Berbasis Bukti untuk Revitalisasi Sungai' pada 13 November 2024 lalu di Kantor Satgas Citarum Dago," kata Reni dalam keterangan di Bandung, Jumat.
Rombongan kajian tiru dari Kabupaten Bulukumba yang berjumlah 196 orang terdiri dari kepala desa, BPD, dan jajaran pemerintah desa se-Kabupaten Bulukumba yang dipimpin Kepala Dinas BPMD Bulukumba Hamrina Andi Murih, kata dia, mendapatkan paparan dari narasumber FT-UI Osha Ombastha.
Dalam paparannya, narasumber mengajak peserta mendiskusikan isu-isu terkait infrastruktur teknologi dan fisik, perilaku dan praktik di rumah tangga dan desa, keuangan dan ekonomi, hingga tata kelola dan kelembagaan.
"Ditambah belajar langsung dari showcase/percontohan TPS3R dengan ekonomi sirkular di Desa Padamukti, dan Ekowisata Berbasis Air dan toilet daur ulang di Desa Cibodas," ujar dia.
Lebih lanjut, Reni merekomendasikan para pengambil keputusan di Kabupaten Bulukumba untuk menggunakan prinsip atau pendekatan baru untuk memastikan keberhasilan.
"Yakni kebijakan berbasis bukti, pendekatan berbasis tempat (placed based approach), pendekatan sosio-teknis dan metode tertanam (embedded method)," ucapnya.
Sementara, ketua tim peneliti teknik dari Universitas Indonesia, Dwinanty Marthanty, menyampaikan model yang dibangun harus memiliki prinsip bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mempromosikan perekonomian lokal, meningkatkan layanan dasar.
"Termasuk pengelolaan persampahan, meningkatkan layanan air dan sanitasi, adaptasi perubahan iklim dan memulihkan saluran air. Model yang dikembangkan dengan metode co-creating/co-design, eksplorasi, eksperimen dan evaluasi dan monitoring," kata Dwinanty.
Sementara itu, peneliti FISIP UI , Farhan Dzakwan, mengungkapkan pada dasarnya, percontohan TPS3R ini, mendukung water for shared prosperity, yang diusung Indonesia dalam World Water Forum Bali 2024, dengan misi memastikan ketersediaan air untuk kesejahteraan masyarakat di desa.
"Mengatasi masalah keamanan air, pertumbuhan ekonomi, dan ketahanan iklim merupakan tantangan global yang memerlukan tindakan kolektif. Model di Desa Padamukti dan Desa Cibodas hanya berskala mikro tapi rill. Bila tindakan berskala mikro tapi rill ini diterapkan di semua desa di Indonesia, maka kontribusinya akan dahsyat," kata Farhan.
Menurut Reni, secara umum peserta menganggap Showcase di Desa Padamukti dan Desa Cibodas perlu ditingkatkan skalanya dan perlu diduplikasi di daerah lain yang memiliki masalah yang sama.
Terlebih berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, hanya sembilan sungai di Indonesia yang memenuhi kualitas baku mutu pada tahun 2022, yang berarti baru 8,2 persen sungai yang memenuhi baku mutu dari 110 sungai yang diidentifikasi.
Dari segi desa yang mengalami pencemaran, bila data 2014 dibandingkan dengan data 2021, maka ada penambahan 1.897 (21 persen) desa yang terkategori mengalami pencemaran air (8.786 desa per 2014, 10.683 desa per 2021).
Penambahan 198 (15 persen) desa yang terkena pencemaran tanah (1.301 desa per 2014, 1.499 desa per 2021). Pengurangan 6.354 (52 persen) desa yang terkena pencemaran udara (11.998 desa per 2014, 5.644 desa per 2021).
Baca juga: CARP berharap laboratorium hidup Citarum bisa diaplikasikan sepanjang DAS