Yayan Ruhian mungkin salah satu nama aktor Indonesia yang paling banyak diketik di mesin pencari seiring keterlibatannya dalam film Star Wars Episode VII The Force Awakens.
Meski telah membintangi sejumlah film internasional lainnya yang syuting di luar negeri lain seperti Yakuza Apocalypse (2015) pria 47 tahun itu mengaku tetap sederhana.
Di temui ANTARA News di sela-sela latihan tenaga dalam di suatu perguruan silat di kawasan Tanah Abang, Jakarta, belum lama ini, Yayan mengajak kami duduk berbincang di matras gabus ditemani kipas angin. Berikut petikan wawancaranya :
T (Tanya) : Adakah yang berubah dari kehidupan Kang Yayan setelah membintangi Star Wars?
J (Jawab) : Berubah? apaan ya, perasaan enggak ada yang berubah setelah Star Wars. Syutingnya sudah agak lama sih, hampir akhir 2014, tutup mulutnya saja hampir dua tahunan. Saya gini-gini aja.
T: Caranya menjaga rahasia selama dua tahun?
J: Bagi saya tidak masalah, percaya deh sama saya, kalau kita sudah bilang ke satu orang, paling enggak 10 orang akan tahu.
Terlepas ada-tidaknya agreement bahwa kami tidak boleh berbicara soal keterlibatan di proyek Star Wars, kami akan hati-hati karena tidak tahu apakah nantinya akan muncul di layar atau tidak. Kalau saya cerita-cerita, 'hei, kita ikut terlibat dalam project Star Wars', tapi begitu film muncul enggak ada apa-apa, mana buktinya? Enggak ada foto-foto. Selesai syuting kita dapat topi sama piagam dari JJ Abrams, itu saja.
T: Apakah keluarga, anak dan istri juga tidak diberi tahu soal keterlibatan akang di proyek Star Wars?
J: Iya, saya waktu itu pamit syuting ke keluarga ya cuma bilang: 'saya ada syuting', 'project di luar negeri', anak saya tanya: 'apa pak?' saya jawab: 'ah, nanti juga tahu'. Makanya waktu itu sempat bocor kan oleh media di Amerika Serikat kalau pemain The Raid ikut main Star Wars, yang ribut teman-teman anak saya di SMA, 'apa bener bokap lo maen Star Wars? anak saya jawab: Ya enggak tahu. Saya aja enggak tahu'.
T: Seketat apa saat produksi berlangsung waktu itu?
J: Ketat sekali, contohnya, soal kostum. Begitu sudah pakai kostum, kita ditutup dari ujung kepala sampai ujung kaki, langsung diangkut ke set. Kostum tidak dibawa pulang. Contoh lain, kami itu baru megang naskah saat mau syuting. Sebelumnya, kami memang sudah diberi daftar kosa kata Bahasa Kanjiklub, ada 10 kalimat Kanjiklub untuk dihafalkan, tapi kami tidak tahu mana yang harus kami ucapkan.
T: Ada yang bilang, akang sebagai Tasu Leech berdialog pakai Bahasa Sunda?
J: Mentang-mentang saya orang Sunda lalu saya asal pakai Bahasa Sunda gitu? Enggak. Untuk berdialog itu, saya ada gurunya. Ada yang ngajarin, saya dikasih tulisan dan recording-nya, jadi itu bukan Bahasa Sunda, ada yang bilang kok itu dialek mirip Bahasa Sunda, mirip ini, mirip itu, bukan. Ada beberapa kata harus hafal, ada kayak kamusnya, misal artinya apa kabar, itu bahasa planet si Kanjiklub. Kami baru tahu mana yang harus kita katakan saat mau take (syuting).
T: Kostum boleh dimiliki sebagai kenang-kenangan?
J: Tidak, saya tidak bawa pulang. Kalau bikin replika kayaknya susah, soalnya ada beberapa pieces, tiga atau empat pieces.
T: Apakah Kang Yayan memang penggemar Staw Wars dan mengikuti tiap episode Star Wars?
J: Siapa sih yang enggak tahu Star Wars. Di Indonesia banyak komunitas pecinta Star Wars juga kan. 19 Desember (2015) ada acara nonton bareng di Gandaria City, saya datang ke sana tapi pakai topeng dan jubah dan alhamdulillah aman, tidak ada yang kenal saya. Sempet ada yang tahu, mereka bilang, 'Kang buka saja topengnya sebentar, berani tidak? untuk foto jepret nanti ditutup lagi, saya bilang 'enggak', haha..
T: Bagaimana rasanya diarahkan JJ Abrams?
J: Siapa yang tidak kenal Beliau? dia dengan mudahnya mengarahkan dan alhamdulillah semua proses syuting kami tidak ribet, semua lancar. Ada beberapa adegan yang hanya butuh sampai empat kali pengulangan, paling banyak.
T: Sempat bertemu George Lucas?
J: Hmm, enggak, hehe
T: Satu frame dengan Harrison Ford bagaimana?
J: Jauh sebelum bertemu Beliau, kami dikasih dua lembar skrip. Sampai lokasi baru dikasih skrip dan tanda tangan, pulang ditarik lagi. Begitu skripnya kami lihat, petugas yang memberikan skrip itu bilang: 'kamu coba lihat lawan bicara kamu siapa, Han Solo, wow!' kata dia. Lalu saya berkata dalam hati, 'serius nih, seorang Yayan main satu frame sama Harrison Ford?"
T: Bagaimana sosok Harrison Ford?
J: Dia begitu bijak, tanpa malu-malu nyapa kami duluan, sama sekali enggak angkuh, di mata kami, Beliau sangat humble. Jadi waktu itu kami kan punya tenda masing-masing. Begitu Beliau melewati kami, Beliau justru yang menyapa kami duluan. Kami sempat lama ngobrol, Harrison Ford kenal kami melalui The Raid. 'Oh, ini kawan-kawan dari The Raid ya?' katanya.
Saya berterima kasih pada Merantau Film dan juga Gareth (Evans; sutradara) yang telah melahirkan kami ke dunia film ini.
Harrison Ford ada berpesan agar kita jaga lingkungan, Beliau kan duta lingkungan, jangankan lingkungan hidup di negara dia, lingkungan hidup di negara orang saja dia begitu peduli dan cinta. Jadi kalau negara kita yang begitu indah dibanding negara orang lain, kenapa harus orang lain yang lebih peduli dibanding kita? Begitu.
T: Kegiatan Kang Yayan sehari-hari?
J: Sekarang kegiatan sehari-hari ya bangun tidur lalu beres-beres rumah karena saya ini anak kos di Jakarta, saya beberes rumah sambil olah raga, setelah itu melakukan kegiatan yang sudah ada jadwalnya seperti ada beberapa talk show dan latihan.
Saya sering di Elite Club Epicentrum, saya suka latihan di sana karena bukan hanya mengandalkan alat berat tapi juga ada samsak. saya suka olah raga yang natural seperti push up, sit up, dan enggak mengandalkan alat. Kalau saya harus jaga badan dengan mengandalkan alat, bagaimana kalau saya pergi ke daerah yang jauh dari gym enggak ada fasilitasnya? makanya, sit up, push up kan bisa dilakukan di tempat tidur.
Selain itu saya juga suka jalan kaki saja ke warung, di rumah saya yang di sini, dari pada ke warung naik motor, saya lebih baik jalan kaki, selain itu naik tangga, saya suka olah raga yang niatnya enggak olah raga banget sih.
Karena saya jauh dari keluarga, makanya saya tidak pernah membiarkan waktu untuk diam. Jadi kegiatan saya semua akan jadi olah raga, cuci motor, cuci mobil itu olah raga. Weekend pulang ke Tasik kalau enggak ada kegiatan, kalau ada, saya minta anak, istri dan mertua ke Jakarta.
T: Tidak ada rencana boyong keluarga ke Jakarta?
J: Ah, enggak. Keluarga masih di Tasikmalaya, enggak ada rencana pindah sampai sekarang karena anak-anak masih bersekolah di sana, kalau masih sekolah harus pindah kan gampang-gampang susah.
T: Anaknya kelas berapa Kang?
J: Anak saya baru dua laki-laki semua, mudah-mudahan sih dikasi puteri, hehe. Yang nomor satu, Zikriawan Sukma Wiguna 17 tahun, SMA, yang kedua SMP, Sigid Sukma Maaridj 12 tahun. Yang sangat excited silat malah yang kecil. Saya sih tidak mengarahkan anak-anak untuk ikuti jejak saya. Apalagi untuk dunia film, saya belum lihat ke arah sana, dan enggak mengarahkan, saya tetap mau lihat bakat dan minat mereka, saya maunya mendukung saja, sebagai orang tua, saya ingin dukung mereka sukanya apa.
T: Pengalaman berantem sungguhan?
J: yang namanya bela diri itu belum berarti berantem dan menang, tapi lebih tentang bagaimana mengamankan diri kita dari sesuatu yang menurut kita enggak enak, sesuatu yang enggak enak itu kan relatif, ada orang yang diliatin aja sudah merasa lebih enggak enak dari pada dipukul, karena olah raga saya pernapasan, saya lebih enak dipukul dari pada diliatin orang.
T: Tips jaga kebugaran gimana Kang? ada pantangan makan?
J: Enggak ada pantangan soal makanan, kecuali makan batu dan makan kawan...jangan makan hati juga hahaha. Saya usahakan kalau pagi makan buah. Saya paling suka sambel, emang dasar orang Sunda lah, lalap juga suka, pete, jengkol.
T: Film yang dalam waktu dekat rilis apa?
J: Ada satu film Hollywood, Beyond Skyline dan ada dua film dalam negeri, saya belum bisa bilang karena nanti tidak tahu muncul atau enggak, hehehe.
T: Kalau ada proyek film yang mengharuskan ganti penampilan?
J: ya enggak apa-apa, asal pas (sambil tangan membuat isyarat menghitung