Penyaluran bantuan itu tersebar di berbagai sektor yakni industri (8.213 usaha), jasa (9.130), perdagangan (23.584), perikanan (3.304), perkebunan (5.470), pertanian (7.938), peternakan (4.005), dan sektor lainnya (761).
Hubungan BUMN itu dengan UMKM sebagai pendamping dan binaannya, merupakan kolaborasi positif guna menaikkan kelas usaha, dari semula berjangkauan pasar lokal menjadi regional, hingga internasional melalui dukungan sertifikasi, pembinaan, hingga permodalan.
Menurut pengamat ekonomi Universitas Padjadjaran Yayan Satyakti hal tersebut patut diapresiasi. Namun, alangkah lebih baik bila ada juga jalinan hubungan yang kuat antara BUMN dengan UMKM.
Hal ini bertujuan sebagai jaring pengaman ketika terjadi instabilitas pasar, baik di level lokal atau internasional sehingga produk-produk UMKM tetap bisa terserap.
"Kalau bisa ada juga UMKM yang lini bisnisnya tidak jauh. Jadi BUMN ini bisa jadi off-tacker (penampung produk), agar jika terjadi instabilitas pasar, BUMN bisa sebagai off-tacker-nya, kemudian secara perlahan melakukan ekskalasi lagi," ujar Yayan.
Setelah itu, diperlukan juga peta jalan yang jelas sebagai jalur pengembangan UMKM dari usaha kecil, menengah, hingga menjadi besar.
Perlunya perhatian serius pada UMKM karena usaha skala ini merupakan soko guru perekonomian Indonesia, mengingat 80--90 persen dari perekonomian Indonesia digerakkan oleh UMKM.
Karena itu, UMKM harus didukung penuh dan ada pembinaan berkelanjutan, seperti yang dilakukan Korea Selatan pada tahun 1960-an.
Apa yang dilakukan Neneng Rosita dengan produk-produk dengan sentuhan kreativitas tinggi, menunjukkan pasar domestik dan mancanegara selalu terbuka menerima karya-karya pelaku UMKM.
Kreativitas Ros mengubah goni jadi karya bernilai tinggi
Jumat, 1 November 2024 7:07 WIB